Surah Adh-Dhuha merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang penuh dengan makna penghiburan, motivasi, dan janji kemuliaan dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Surat ini turun pada saat Rasulullah SAW sedang mengalami masa sulit, di mana wahyu sempat terputus. Kehadiran surat ini menjadi penegasan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan beliau.
Di antara ayat-ayat yang sangat fundamental dalam surat ini, terdapat penekanan khusus mengenai anugerah yang akan diberikan Allah kepada hamba-Nya yang bersyukur. Fokus kita kali ini adalah pada satu janji agung yang tertuang dalam Ad Dhuha Ayat 8. Ayat ini sering kali menjadi landasan utama bagi umat Islam untuk melaksanakan salat Dhuha dan berdoa di waktu tersebut.
Kandungan Ayat ke-8 Surah Adh-Dhuha
Ayat ke-8 dari Surah Adh-Dhuha berbunyi:
Terjemahan dari ayat tersebut adalah: "Dan Dia mendapatimu susah, lalu Dia memberikan kepuasan (kecukupan)."
Ayat ini secara spesifik merujuk pada kondisi Rasulullah SAW sebelum diangkat menjadi Nabi, atau pada fase awal kenabian ketika beliau masih hidup dalam kesederhanaan, bahkan kesulitan ekonomi. Allah SWT mengingatkan bahwa Dia yang telah mengangkat derajat dan memberikan kecukupan (kekayaan/kesejahteraan) kepada Rasulullah. Konteks ini adalah sebuah pengingat bahwa Allah adalah Al-Mughni (Pemberi Kecukupan).
Implementasi Spiritual dari Ad Dhuha Ayat 8
Mengapa ayat ini sangat penting bagi kita umat Islam? Karena ia memberikan jaminan universal bahwa Allah adalah sumber segala pemenuhan kebutuhan. Ketika kita merasakan kesulitan, baik dalam bentuk kekurangan harta, kegelisahan jiwa, atau ketidakjelasan arah hidup, kita diingatkan untuk mengingat janji dalam Ad Dhuha Ayat 8.
Ayat ini menjadi dasar kuat bagi praktik ibadah yang sangat dianjurkan, yaitu Salat Dhuha. Salat Dhuha adalah salat sunah yang dilaksanakan setelah matahari terbit hingga menjelang waktu Zuhur. Para ulama sepakat bahwa waktu Dhuha adalah waktu mustajab untuk memohon rezeki dan kemudahan, karena waktu tersebut bertepatan dengan saat ketika Allah memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya yang bangun pagi dan menyambut hari dengan ketaatan.
Dengan melaksanakan salat Dhuha, kita seolah meneladani sunah Nabi dan secara simbolis menyatakan ketergantungan penuh kepada Allah. Kita memohon agar Allah menjadikan kita termasuk golongan yang dicukupkan, sebagaimana Dia telah mencukupkan kebutuhan Rasul-Nya.
Janji Kecukupan dalam Perspektif Modern
Kecukupan (Al-Ghna) dalam konteks Ad Dhuha Ayat 8 tidak selalu berarti kekayaan materi yang melimpah ruah. Tafsir yang lebih mendalam mencakup kecukupan dalam segala aspek kehidupan: kecukupan finansial, kecukupan hati dari sifat tamak, ketenangan jiwa, dan keberkahan dalam usaha. Seseorang yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki, meski sedikit, adalah orang yang paling kaya.
Ketika kita berdoa di waktu Dhuha sambil merenungkan ayat ini, kita sedang menanamkan keyakinan bahwa Allah tidak akan membiarkan kita terombang-ambing dalam kekurangan. Ia menjanjikan solusi dan jalan keluar, asalkan kita senantiasa mendekat melalui ibadah dan syukur.
Oleh karena itu, memanfaatkan waktu Dhuha adalah investasi spiritual yang sangat berharga. Setelah melaksanakan salat, kita dianjurkan untuk berdoa, memohon rezeki yang halal, dan memohon ketenangan batin. Dengan mengingat bahwa Allah adalah sumber segala kecukupan, hati kita akan terhindar dari sifat gelisah dan selalu optimis menyambut hari. Kehidupan akan terasa lebih ringan ketika kita menyerahkan urusan sulit kita kepada Yang Maha Mengatur, sesuai pesan agung dalam Surah Adh-Dhuha.