Islam adalah agama yang sempurna, mengatur setiap aspek kehidupan seorang Muslim, termasuk tata cara sebelum, selama, dan setelah menyantap hidangan. Jika adab makan (adab al-tha’am) telah dilaksanakan dengan baik, maka menyempurnakannya dengan adab sesudah makan adalah kunci untuk meraih keberkahan dan menunjukkan rasa syukur sejati kepada Allah SWT. Tindakan sederhana setelah makan, jika dilakukan dengan niat yang benar, menjadi ibadah yang bernilai pahala.
Momen paling utama setelah selesai makan adalah memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rezeki. Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan doa khusus setelah makan. Mengucapkan doa ini bukan hanya ritual, tetapi pengakuan bahwa segala kenikmatan berasal dari-Nya.
"Alhamdulillahil ladzi ath’amana wa saqana wa ja’alana minal muslimin."
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami termasuk golongan orang-orang Muslim.
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah sangat ridha kepada hamba-Nya yang apabila selesai makan lalu mengucapkan Alhamdulillah." Menunda mengucapkan doa ini setelah perut terasa kenyang adalah hal yang keliru; lafazkan segera setelah suapan terakhir masuk ke mulut dan piring telah dikosongkan.
Kebersihan (thaharah) adalah bagian integral dari keimanan. Setelah selesai makan, sisa-sisa makanan yang mungkin menempel di gigi, gusi, atau sekitar mulut harus segera dibersihkan. Ini mencegah bau mulut yang tidak sedap dan menjaga kesehatan. Cara yang dianjurkan adalah dengan berkumur-kumur menggunakan air bersih.
Setelah itu, tangan harus dicuci hingga bersih. Meskipun sebelum makan telah mencuci tangan, sisa minyak atau bumbu yang mungkin tertinggal harus dihilangkan. Mencuci tangan setelah makan merupakan penegasan kembali komitmen terhadap kebersihan fisik, yang merupakan cerminan dari kebersihan hati.
Adab selanjutnya adalah tidak meninggalkan piring atau wadah makan dalam keadaan kotor berserakan. Segera angkat piring, gelas, dan peralatan makan lainnya. Jika berada di tempat umum atau majelis, membereskan tempat duduk dan membersihkan remah-remah makanan yang jatuh adalah bentuk akhlak terpuji dan menghormati tuan rumah atau lingkungan sekitar. Jangan biarkan semut atau kotoran lainnya mendekati sisa makanan.
Meskipun tidak ada larangan keras, para ulama menganjurkan untuk tidak langsung tidur setelah makan besar, terutama makan siang. Tindakan ini sering dikaitkan dengan potensi masalah pencernaan atau perut kembung. Sebaiknya, berikan jeda waktu sejenak, misalnya dengan duduk tenang atau melakukan aktivitas ringan (seperti berzikir atau berjalan sebentar), sebelum beristirahat. Ini memberi kesempatan bagi proses pencernaan awal untuk bekerja dengan baik.
Menurut beberapa pandangan medis dan etika Islam klasik, minum air dalam jumlah banyak segera setelah perut penuh oleh makanan padat dapat mengganggu proses pencernaan. Air dapat mengencerkan asam lambung yang bertugas memecah makanan. Jika memang haus, disarankan minum sedikit-sedikit atau menunggu jeda waktu tertentu sebelum minum air dingin dalam jumlah besar. Jika ingin minum, lebih baik adalah teh hangat atau air yang tidak terlalu dingin.
Menjalankan adab sesudah makan adalah bentuk syukur yang nyata. Dengan menjaga kebersihan, memanjatkan doa, dan bersikap tertib terhadap sisa hidangan, seorang Muslim menunjukkan bahwa rezeki yang diterimanya telah digunakan secara baik dan dihormati. Setiap langkah kecil ini menjadi penutup yang indah dari sebuah kegiatan yang diawali dengan niat ibadah.