Pernikahan adalah sebuah ikatan suci yang dibangun atas dasar kasih sayang, tanggung jawab, dan rasa saling menghargai. Dalam ajaran agama maupun pandangan sosial modern, peran suami sebagai pemimpin rumah tangga datang bersamaan dengan seperangkat adab dan etika mulia dalam memperlakukan istri. Adab suami terhadap istri bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi utama yang menentukan stabilitas emosional, spiritual, dan keharmonisan dalam keluarga. Ketika seorang suami menempatkan istri pada posisi yang terhormat, rumah tangga akan tumbuh subur dalam kedamaian.
Memberikan nafkah lahir (sandang, pangan, papan) adalah tanggung jawab utama suami. Namun, adab yang sesungguhnya tercermin bukan hanya pada pemenuhan kebutuhan materi tersebut, melainkan pada cara nafkah itu diberikan. Suami yang beradab akan menyalurkan rezeki tersebut tanpa diiringi rasa superioritas, merendahkan, atau menuntut balasan yang berlebihan. Nafkah harus disampaikan dengan keikhlasan dan kelembutan, menyadari bahwa istri juga bekerja keras mengurus rumah dan anak.
Lidah adalah senjata paling tajam dalam rumah tangga jika tidak dikendalikan. Adab tertinggi seorang suami adalah menjaga lisan dari kata-kata kasar, cemoohan, ancaman, atau hinaan, terutama di hadapan orang lain. Komunikasi harus didasari prinsip Ihsan (kebaikan maksimal). Ketika terjadi perbedaan pendapat, suami harus memilih kata-kata yang mendidik, membimbing, dan menenangkan, bukan memicu konflik. Menghargai pendapat istri, meskipun berbeda pandangan, menunjukkan bahwa suami melihat istri sebagai mitra sejajar dalam pengambilan keputusan rumah tangga.
Seorang istri adalah kehormatan terbesar bagi suaminya. Adab seorang suami menuntut perlindungan total terhadap kehormatan istri, baik di dunia nyata maupun di ranah digital. Suami dilarang keras membicarakan kekurangan atau aib istri kepada pihak ketiga (teman, kerabat, atau media sosial) kecuali dalam konteks nasihat yang sangat terbatas dan bertujuan perbaikan. Ketika istri diserang atau dihina orang lain, suami wajib menjadi garda terdepan dalam membelanya. Sikap membela ini menumbuhkan rasa aman (sakinah) yang sangat dibutuhkan istri.
Dalam rumah tangga dengan lebih dari satu istri (poligami), keadilan adalah pondasi hukum dan moral. Namun, dalam konteks hubungan suami-istri tunggal sekalipun, adil berarti memberikan porsi perhatian dan waktu yang berkualitas. Istri membutuhkan waktu di mana suami hadir sepenuhnyaāmendengarkan keluh kesahnya, berbagi cerita, dan ikut serta dalam kegiatan keluarga tanpa tergoda kesibukan lain. Kelalaian emosional seringkali lebih menyakitkan daripada kekurangan materi.
Meskipun Islam membagi peran, hal itu tidak berarti istri harus memikul semua beban domestik sendirian. Adab suami modern adalah menjadi rekan kerja istri di rumah. Ketika suami menunjukkan kesediaan membantu membersihkan, mengasuh anak, atau sekadar menemani pekerjaan rumah tangga, hal itu bukan berarti "menurunkan derajat" suami, melainkan meningkatkan derajat pernikahan itu sendiri. Tindakan nyata ini adalah wujud nyata dari cinta dan penghormatan terhadap kerja keras istri yang seringkali tak terlihat.
Pada hakikatnya, adab suami terhadap istri adalah cerminan kualitas keimanan dan kemanusiaan suami itu sendiri. Rumah tangga yang dibina dengan adab yang baik akan menjadi surga kecil di dunia, tempat setiap anggota keluarga merasa dicintai, dihormati, dan aman. Mengamalkan adab ini secara konsisten adalah investasi jangka panjang untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.