Kisah Bilal bin Rabah adalah salah satu narasi paling inspiratif dalam sejarah Islam. Dikenal sebagai muazin pertama Islam, Bilal adalah simbol keteguhan iman dan penghancuran diskriminasi rasial pada masa awal Islam. Kisahnya relevan hingga hari ini, terutama ketika kita membahas panggilan suci, yaitu azan.
Simbolisasi panggilan suci Azan
Latar Belakang Seorang Budak yang Mulia
Bilal lahir sebagai seorang budak dari Ethiopia. Di Makkah masa pra-Islam, status sosialnya sangat rendah. Namun, ketika cahaya Islam mulai bersinar, Bilal adalah salah satu yang pertama menyambut risalah Nabi Muhammad SAW. Keislamannya membawanya pada cobaan yang luar biasa berat. Pemiliknya, Umayyah bin Khalaf, menyiksa Bilal dengan kejam, memaksanya melepaskan imannya.
Setiap hari di bawah terik matahari gurun, Bilal dijemur dengan batu besar diletakkan di dadanya. Namun, ia teguh. Jawabannya yang terkenal saat disiksa adalah, "Ahad! Ahad!" (Satu! Satu!), merujuk pada keesaan Allah SWT. Keteguhan ini memukau banyak orang dan menjadi bukti nyata bahwa nilai sejati seseorang bukan terletak pada warna kulit atau status sosialnya, melainkan pada keteguhan hatinya.
Peran Bilal dalam Mengumandangkan Azan
Setelah Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia segera mendapat tempat terhormat di sisi Rasulullah SAW. Salah satu kehormatan terbesar yang diberikan kepada Bilal adalah dipercayakan untuk menjadi muazin pertama dalam sejarah Islam. Sebelum adanya azan, umat Islam sering kesulitan menentukan waktu salat berjamaah.
Ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tiba di Madinah, kebutuhan akan penanda waktu salat menjadi mendesak. Setelah beberapa usulan (seperti membunyikan lonceng atau meniup terompet) ditolak, sahabat bernama Abdullah bin Zaid bermimpi tentang tata cara pemanggilan salat. Mimpi ini kemudian dikonfirmasi oleh Rasulullah SAW, dan teks yang dibacakan oleh Abdullah itulah yang kemudian dikenal sebagai bacaan azan.
Suara yang Mengubah Sejarah
Bilal, dengan suara merdunya yang kuat dan lantang, adalah orang yang ditunjuk untuk pertama kali mengumandangkan kalimat agung tersebut dari atap Ka'bah atau dari tempat yang tinggi di Madinah. Suara Bilal bin Rabah menjadi pengumuman resmi pertama: Islam telah hadir dan waktunya untuk menghadap Sang Pencipta telah tiba.
Pengangkatan Bilal, seorang mantan budak kulit hitam, menjadi muazin utama di hadapan bangsa Quraisy yang sangat menjunjung tinggi garis keturunan, adalah sebuah revolusi sosial yang dilakukan melalui agama. Ini menegaskan prinsip dasar Islam: kemuliaan seseorang hanya diukur dari ketakwaannya, bukan dari ras atau statusnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Wahai Bilal, dengan azanmu, Allah SWT telah membedakan antara yang benar dan yang batil."
Warisan Bilal dan Azan
Setiap kali muazin di seluruh dunia mengucapkan "Allahu Akbar", mereka tidak hanya memanggil salat; mereka juga membangkitkan ingatan kolektif tentang keberanian, kesetaraan, dan keteguhan yang ditunjukkan oleh Bilal bin Rabah. Azan adalah penanda waktu spiritual yang menghubungkan miliaran muslim setiap hari, dan suaranya pertama kali diabadikan oleh pria yang pernah diperbudak namun dimuliakan oleh Allah SWT.
Kisah Bilal mengajarkan bahwa iman sejati melahirkan kekuatan untuk menanggung penderitaan terberat sekalipun, dan bahwa Islam menghapus sekat-sekat sosial yang dibuat oleh manusia.