Ilustrasi visualisasi panggilan sholat.
Dalam tradisi Islam, adzan dan iqomah memegang peranan sentral sebagai penanda dimulainya waktu sholat wajib lima waktu. Kedua seruan ini bukan sekadar pengumuman; ia adalah ritual sakral yang membawa ketenangan dan mengingatkan umat Muslim akan kewajiban mereka menghadap Sang Pencipta. Memahami makna dan tata cara yang benar dari kedua ritual ini sangat penting untuk kesempurnaan ibadah.
Definisi dan Keutamaan Adzan
Adzan secara harfiah berarti 'memanggil' atau 'memberi tahu'. Ini adalah seruan yang dilakukan oleh seorang muadzin, biasanya dari tempat yang tinggi seperti menara masjid, untuk mengajak seluruh Muslim di sekitarnya untuk meninggalkan kesibukan duniawi dan segera berkumpul untuk melaksanakan sholat berjamaah. Lafaz adzan telah ditetapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan memiliki urutan lafaz yang baku dan tidak boleh diubah.
Keutamaan muadzin sangat besar. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa orang yang mengumandangkan adzan akan mendapatkan ampunan sejauh jangkauan suaranya dan kelak di hari kiamat, mereka akan menjadi orang yang paling panjang lehernya (karena banyaknya pahala yang menumpuk). Oleh karena itu, posisi muadzin sering kali diisi oleh orang yang memiliki suara yang baik, lancar dalam melafalkan lafaz, serta memiliki pemahaman agama yang memadai.
Lafaz dan Tata Cara Mengumandangkan Adzan
Lafaz adzan terdiri dari empat kalimat utama yang diulang-ulang, diselingi dengan lafaz takbir dan syahadat:
1. Allahu Akbar (empat kali di awal)
2. Asyhadu an la ilaha illallah (dua kali)
3. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (dua kali)
4. Hayya 'alas shalah (dua kali)
5. Hayya 'alal falah (dua kali)
6. Allahu Akbar (dua kali)
7. La ilaha illallah (satu kali di akhir)
Dalam adzan Subuh, terdapat tambahan lafaz: "Ash-shalaatu khairum minan nauum" (Sholat itu lebih baik daripada tidur), diucapkan dua kali setelah 'Hayya 'alal falah'. Muadzin juga dianjurkan untuk meletakkan kedua jari telunjuknya di lubang telinga dan menghadap ke kiblat saat mengumandangkan adzan. Gerakan ini bertujuan untuk memfokuskan suara dan meningkatkan volume seruan.
Perbedaan Mendasar: Iqomah
Setelah adzan selesai, umat Islam bersiap-siap untuk sholat. Ketika jamaah sudah hampir penuh dan siap untuk berdiri melaksanakan sholat, dikumandangkanlah iqomah. Iqomah secara harfiah berarti 'menegakkan' atau 'memulai'. Jika adzan adalah panggilan untuk mempersiapkan diri, iqomah adalah isyarat bahwa sholat akan segera dimulai.
Perbedaan utama antara adzan dan iqomah terletak pada lafaznya. Lafaz iqomah hampir sama dengan adzan, namun ada dua perbedaan krusial:
- Takbir pembuka dan penutup hanya diucapkan dua kali (bukan empat kali seperti adzan).
- Terdapat tambahan kalimat "Qad qamatish shalah" (Sholat telah didirikan) yang diucapkan dua kali, tepat sebelum lafaz takbir penutup.
Iqomah dikumandangkan dengan suara yang lebih cepat dibandingkan adzan, biasanya tidak terlalu dikeraskan, dan dilakukan di dalam masjid agar jamaah segera bersiap dalam posisi sholat.
Koneksi Spiritual dalam Seruan
Adzan dan iqomah bukan sekadar prosedur teknis. Keduanya berfungsi sebagai pengingat spiritual yang konstan dalam kehidupan seorang Muslim. Adzan mengingatkan bahwa ada janji dengan Allah yang harus dipenuhi, sementara iqomah menegaskan bahwa janji itu kini harus ditepati. Ritme dan melodi yang indah dalam seruan ini dirancang agar dapat menembus kebisingan dunia, menarik hati manusia untuk kembali fokus kepada ketenangan ibadah. Ketika seorang Muslim mendengar lafaz tersebut, seharusnya terbersit dalam hatinya rasa syukur dan semangat untuk segera berwudhu dan mengambil posisi berdiri di hadapan Rabbnya. Keteraturan dalam menjalankan ritual adzan dan iqomah adalah cerminan dari keteraturan dalam kehidupan spiritual seorang Muslim.