Antara Adzan dan Iqomah: Jendela Keberkahan yang Sering Terlupakan

Adzan & Iqomah

Waktu Mustajab di antara dua panggilan suci.

Setiap umat Islam akrab dengan suara azan, panggilan agung yang menandakan waktu salat telah tiba. Setelah azan dikumandangkan, biasanya jeda singkat sebelum iqomah, panggilan kedua untuk segera berdiri melaksanakan salat berjamaah. Jeda waktu yang singkat inilah, antara adzan dan iqomah, menyimpan sebuah rahasia spiritual yang sangat besar dan seringkali diabaikan.

Keutamaan Waktu yang Diistimewakan

Banyak hadis Nabi Muhammad SAW yang secara eksplisit menyebutkan bahwa doa yang dipanjatkan pada waktu tertentu memiliki peluang besar untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Salah satu waktu yang paling dinanti dan dijanjikan adalah saat antara azan dan iqomah. Rasulullah ﷺ bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

"Doa yang dipanjatkan antara azan dan iqomah tidak akan ditolak." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Keterangan ini menegaskan bahwa jeda waktu tersebut adalah 'jendela emas' di mana tirai langit terbuka lebar untuk menerima permohonan hamba-Nya. Periode ini adalah momentum yang istimewa, bukan hanya penanda transisi dari panggilan umum (azan) ke pelaksanaan ibadah wajib (iqomah), melainkan juga sebuah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Mengapa Waktu Ini Begitu Istimewa?

Para ulama menafsirkan mengapa waktu antara azan dan iqomah begitu dikhususkan. Pertama, azan itu sendiri adalah seruan untuk beribadah dan mengakui keesaan Allah. Ketika seorang muslim merespons panggilan tersebut dengan hati yang penuh harap, maka doa yang menyertainya akan lebih mudah diterima. Kedua, momen iqomah adalah penegasan kesiapan untuk bertemu Allah dalam salat. Pada saat seseorang berada dalam kondisi transisi menuju kekhusyukan, hatinya sedang "hangat" dan fokusnya tertuju pada ibadah.

Oleh karena itu, momen ini menuntut kita untuk tidak menyia-nyiakannya dengan obrolan duniawi, sibuk dengan ponsel, atau terburu-buru. Sebaliknya, seharusnya kita memanfaatkan setiap detik dengan beristighfar, bershalawat, dan memanjatkan hajat kita.

Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Jeda Ini?

Menghidupkan sunnah Rasul dalam memanfaatkan waktu antara azan dan iqomah memerlukan kesadaran dan persiapan mental. Setelah muazin selesai mengumandangkan azan, respons pertama yang dianjurkan adalah menjawab lafaz azan tersebut. Setelah itu, barulah kita fokus pada berdoa. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa khusus untuk menjawab azan, dan setelah itu, kita dapat melanjutkan dengan doa pribadi.

Beberapa amalan yang dianjurkan dalam rentang waktu singkat ini antara lain:

  1. Mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  2. Memohon rahmat dan kebaikan dunia akhirat.
  3. Memperbanyak istighfar (memohon ampunan).
  4. Meminta syafaat Nabi di hari kiamat.
  5. Memohon kepada Allah dengan keyakinan penuh, tanpa ragu sedikit pun.

Bayangkan, jika kita rutin melaksanakan salat lima kali sehari, maka kita mendapatkan kesempatan emas untuk berdoa sebanyak sepuluh kali dalam sehari (lima kali azan, lima kali iqomah). Jumlah ini jika dikalikan dengan hari, minggu, dan tahun adalah peluang yang luar biasa besar untuk perubahan hidup yang kita dambakan.

Iqomah Datang, Saatnya Berubah Fokus

Ketika iqomah dikumandangkan, itu adalah isyarat bahwa waktu mustajab akan segera berakhir, dan kini saatnya untuk mengarahkan seluruh energi fisik dan spiritual untuk melaksanakan salat. Meskipun begitu, doa yang dipanjatkan sesaat sebelum takbiratul ihram (seperti doa iftitah) juga memiliki keutamaan tersendiri. Intinya adalah, usahakan semaksimal mungkin untuk memanfaatkan waktu diam antara dua panggilan tersebut untuk memohon kepada Allah.

Jangan biarkan momen berharga ini berlalu begitu saja. Ubah kebiasaan menunda-nunda doa saat azan selesai, dan jadikan waktu antara adzan dan iqomah sebagai saat paling intim antara Anda dan Rabb semesta alam. Karena janji Allah itu pasti: doa di waktu itu tidak akan ditolak.

🏠 Homepage