Surah Ad-Dhuha adalah salah satu surah pendek dalam Al-Qur'an yang penuh dengan pesan penghiburan, penegasan janji Allah, dan pengingat akan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Surah ini sering dibaca ketika seseorang merasa sedih, putus asa, atau dalam kegelisahan, karena maknanya yang sangat menenangkan jiwa.
Fokus pembahasan kita kali ini adalah pada ayat ketiga dari surah ini, yaitu arti Ad Dhuha ayat 3. Memahami makna di balik ayat ini sangat penting untuk menangkap keseluruhan pesan yang ingin disampaikan oleh Allah SWT.
Ilustrasi simbolik harapan dan ketetapan Ilahi.
Teks dan Terjemahan Ad Dhuha Ayat 3
Ayat ketiga dari Surah Ad-Dhuha berbunyi:
Artinya: "Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu."
Penjelasan Mendalam Arti Ad Dhuha Ayat 3
Ayat ini merupakan inti dari penegasan rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Untuk memahami kedalaman maknanya, kita perlu melihat konteks turunnya surah ini.
Konteks Penurunan Surah
Surah Ad-Dhuha turun setelah Nabi Muhammad SAW mengalami periode jeda wahyu (fatratul wahy). Selama jeda tersebut, timbul bisik-bisik dari orang-orang kafir Mekkah yang menyebarkan fitnah bahwa Tuhan telah meninggalkan Muhammad. Kesedihan dan kegelisahan Nabi SAW akibat tuduhan ini sangatlah mendalam.
Analisis Kata Kunci
Ayat ketiga ini terdiri dari dua frasa penegasan yang sangat kuat:
- "Mā wadda‘aka Rabbuk" (Tuhanmu tidak meninggalkanmu): Kata "wadda‘a" (meninggalkan/memutus hubungan) digunakan untuk menolak secara tegas segala dugaan bahwa Allah SWT telah mengabaikan Rasul-Nya. Ini adalah jaminan mutlak bahwa komunikasi ilahi tidak terputus, meskipun dalam bentuk jeda. Bagi seorang Nabi, ditinggalkan oleh wahyu adalah cobaan terberat, dan ayat ini langsung menepis ketakutan tersebut.
- "Wa mā qalā" (Dan tidak (pula) membencimu): Kata "qalā" secara harfiah berarti "membenci" atau "memutuskan tali persaudaraan dengan cara yang kasar." Penegasan ini menghilangkan kemungkinan bahwa penundaan wahyu disebabkan oleh kemurkaan atau kebencian Allah. Sebaliknya, yang terjadi adalah persiapan dan hikmah yang lebih besar.
Dampak Psikologis dan Spiritual
Bagi Nabi Muhammad SAW, ayat ini berfungsi sebagai penawar racun keraguan dan kesedihan. Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada beliau, tetapi juga menjadi pelajaran abadi bagi seluruh umat manusia.
Ayat ini mengajarkan bahwa ketika kita menghadapi kesulitan, kesunyian, atau merasa terabaikan dalam doa dan usaha kita (yang sering diibaratkan sebagai jeda ilahi), kita harus berkeyakinan teguh bahwa:
- Allah tidak pernah memutus hubungan-Nya dengan kita.
- Kesulitan yang kita alami bukanlah karena kita dibenci atau dimurkai oleh-Nya.
Sebaliknya, jeda atau kesulitan tersebut seringkali merupakan cara Allah untuk menguji kesabaran, meninggikan derajat, atau mempersiapkan kita untuk karunia yang lebih besar—seperti yang terungkap pada ayat-ayat selanjutnya dalam Surah Ad-Dhuha (yaitu, janji bahwa akhir akan lebih baik daripada permulaan).
Koneksi dengan Ayat Lain
Arti Ad Dhuha ayat 3 menjadi fondasi bagi ayat 4 yang berbunyi, "Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagimu daripada (negeri) yang pertama (dunia)." Penegasan bahwa Allah tidak meninggalkan dan membenci (Ayat 3) memberikan landasan kokoh mengapa umat Islam harus bersabar, karena janji kemuliaan di akhirat (Ayat 4) pasti akan terwujud.
Intinya, arti Ad Dhuha ayat 3 adalah sebuah deklarasi ilahi yang fundamental: kebersamaan Allah adalah permanen, dan kasih sayang-Nya tidak pernah lekang oleh waktu atau kondisi. Ini adalah janji perlindungan abadi yang memberikan ketenangan sejati di tengah badai kehidupan duniawi.