Ilustrasi pola kain lurik tradisional.
Dalam dunia mode pria kontemporer, pencarian akan identitas dan keunikan seringkali membawa kita kembali ke warisan budaya. Salah satu elemen fesyen pria Indonesia yang terus memikat adalah baju lurik pria. Lebih dari sekadar pakaian, lurik adalah representasi visual dari kerajinan tangan turun-temurun, membawa cerita filosofis dalam setiap benang tenunnya.
Kain lurik, yang secara harfiah berarti 'garis' atau 'loreng', adalah kain tradisional yang dihasilkan melalui teknik menenun manual, seringkali menggunakan alat tenun gedongan atau ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Keistimewaan utama lurik terletak pada polanya yang geometris dan bergaris, yang tercipta dari kombinasi warna benang yang kontras. Motif dan penamaan lurik seringkali bervariasi antar daerah, namun secara umum, baju lurik pria identik dengan kesan maskulin, kokoh, namun tetap elegan.
Awalnya, kain lurik banyak digunakan oleh masyarakat adat, petani, atau sebagai busana harian di lingkungan pedesaan, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun, seiring waktu, desainer modern berhasil mengangkat derajat kain ini, mengubahnya dari busana desa menjadi pilihan gaya yang diakui dalam berbagai acara formal maupun kasual.
Ada beberapa alasan kuat mengapa pria modern tertarik untuk memasukkan baju lurik pria ke dalam lemari pakaian mereka. Pertama, adalah faktor keunikan. Di tengah dominasi tren global, mengenakan lurik menunjukkan apresiasi terhadap kekayaan lokal. Setiap helai kain seringkali memiliki sentuhan personal dari penenunnya, membuat setiap kemeja atau rompi lurik terasa eksklusif.
Kedua, adalah daya tahan dan kenyamanan. Karena ditenun secara tradisional, kain lurik umumnya memiliki serat yang kuat dan adem saat dikenakan, sangat cocok untuk iklim tropis Indonesia. Meskipun motifnya terkesan berat, banyak pengrajin kini memproduksi lurik dengan bahan yang lebih ringan tanpa mengurangi ciri khas garis-garisnya yang ikonik.
Fleksibilitas adalah kunci popularitas baju lurik pria saat ini. Pilihan desainnya kini tidak lagi terbatas pada kemeja lengan panjang standar.
1. Kombinasi Formal (Pernikahan atau Acara Kenegaraan): Untuk acara resmi, kemeja lurik dengan potongan modern (slim fit) yang dipadukan dengan celana bahan berwarna gelap (hitam atau abu-abu tua) adalah pilihan yang tepat. Beberapa pria memilih rompi lurik yang dikenakan di atas kemeja polos putih sebagai sentuhan akhir yang berkelas. Ini memberikan nuansa hormat tanpa terkesan kaku seperti batik sepenuhnya.
2. Gaya Kasual Smart (Kantor atau Hangout): Untuk suasana yang lebih santai namun tetap rapi, kemeja lengan pendek lurik atau kemeja lengan panjang yang digulung lengannya sangat direkomendasikan. Pasangkan dengan chino atau jeans berwarna netral. Warna lurik yang cenderung gelap membuat penampilan terlihat berwibawa namun tetap mudah dipadupadankan.
3. Aksesori Lurik: Bagi mereka yang masih ragu menggunakan seluruh busana lurik, aksesoris adalah jalan masuk terbaik. Ikat pinggang, dasi kupu-kupu, atau bahkan *outer* (jaket) berbahan dasar kain lurik dapat secara instan menambah dimensi budaya pada penampilan sehari-hari. Memilih baju lurik pria dalam bentuk aksen ini menunjukkan kesadaran gaya yang tinggi.
Investasi pada baju lurik pria harus diimbangi dengan perawatan yang tepat. Karena seringkali menggunakan pewarna alami dan proses tenun yang padat, kain lurik membutuhkan perhatian khusus:
Pada akhirnya, mengenakan baju lurik pria adalah sebuah pernyataan. Ini adalah cara elegan untuk merayakan warisan tekstil Indonesia, menunjukkan bahwa gaya otentik dapat berdampingan harmonis dengan tuntutan mode masa kini. Dengan perawatan yang baik, kain lurik ini akan menjadi investasi gaya yang bertahan lama.
— Akhir Artikel —