Ilustrasi konseptual dialog dan pertukaran ide.
Pengantar: Apa Itu Diskursus?
Kata "diskursus" seringkali terdengar dalam ranah akademis, politik, atau filsafat. Secara sederhana, diskursus adalah bentuk komunikasi, baik lisan maupun tulisan, yang terstruktur dan memiliki konteks tertentu. Namun, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar percakapan biasa. Diskursus melibatkan serangkaian gagasan, argumen, atau interpretasi yang dipertukarkan antar individu atau kelompok mengenai suatu topik spesifik. Ini adalah cara kita membentuk pemahaman kolektif tentang dunia melalui bahasa.
Dalam konteks yang lebih luas, diskursus merujuk pada cara berpikir dan berbicara yang mendominasi atau diterima dalam suatu komunitas atau periode waktu tertentu. Ini tidak hanya tentang apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana hal itu dikatakan, siapa yang berhak berbicara, dan apa implikasi sosial atau kekuasaan dari pembicaraan tersebut.
Evolusi Konsep Diskursus
Konsep diskursus telah mengalami perkembangan signifikan, terutama melalui pemikiran tokoh-tokoh seperti Michel Foucault. Menurut pandangan sosiologis dan filosofis modern, diskursus bukan hanya alat untuk menggambarkan realitas, tetapi juga alat untuk membangun atau membentuk realitas itu sendiri. Ketika suatu topik dibahas melalui diskursus tertentu, cara kita memahami topik tersebut akan dibatasi oleh kerangka kerja diskursif yang ada.
Sebagai contoh, diskursus tentang kesehatan mental di masa lalu mungkin sangat didominasi oleh pandangan medis yang menekankan patologi. Sementara itu, diskursus kontemporer cenderung lebih berfokus pada kesejahteraan holistik, de-stigmatisasi, dan inklusivitas. Pergeseran ini menunjukkan bagaimana diskursus dapat berubah seiring waktu, mencerminkan perubahan nilai dan pengetahuan dalam masyarakat.
Komponen Utama dalam Diskursus
Untuk memahami apa itu diskursus secara utuh, kita perlu melihat komponen-komponen dasarnya. Pertama, ada Teks atau Ucapan. Ini adalah isi verbal dari komunikasi. Kedua, ada Konteks, yang mencakup situasi sosial, budaya, dan historis di mana komunikasi tersebut terjadi. Konteks sangat menentukan interpretasi teks.
Komponen ketiga adalah Aktor atau partisipan. Siapa yang berbicara, siapa yang mendengarkan, dan bagaimana posisi mereka (misalnya, otoritas versus subordinat) sangat memengaruhi jalannya diskursus. Keempat, terdapat Struktur dan Aturan. Setiap diskursus memiliki aturan implisit atau eksplisit mengenai topik apa yang boleh dibahas, bahasa apa yang pantas digunakan, dan siapa yang memiliki legitimasi untuk menyuarakannya.
Fungsi Diskursus dalam Kehidupan Sosial
Fungsi diskursus sangat vital dalam struktur sosial. Diskursus berfungsi sebagai medium untuk konstruksi makna. Melalui dialog dan perdebatan, kita menyepakati apa arti suatu konsep, benda, atau peristiwa. Diskursus juga merupakan alat utama untuk transmisi pengetahuan, baik secara formal di lingkungan pendidikan maupun informal dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, diskursus memainkan peran krusial dalam pembentukan identitas. Cara seseorang berbicara tentang dirinya, pekerjaannya, atau kebangsaannya adalah bagian dari diskursus yang ia ikuti, yang kemudian membentuk persepsi orang lain tentang identitas tersebut. Dalam politik, misalnya, diskursus yang berhasil digunakan untuk membingkai isu tertentu dapat memobilisasi dukungan publik atau memecah belah masyarakat.
Diskursus vs. Percakapan Biasa
Meskipun diskursus melibatkan pertukaran kata seperti percakapan biasa, ada perbedaan mendasar. Percakapan biasa seringkali bersifat situasional, singkat, dan fokus pada interaksi sosial interpersonal. Sebaliknya, diskursus cenderung lebih terstruktur, lebih panjang, dan berorientasi pada pengembangan argumen, pembentukan pemahaman bersama, atau pembelaan suatu posisi ideologis. Diskursus seringkali melibatkan penggunaan terminologi khusus atau bahasa teknis yang relevan dengan bidangnya.
Singkatnya, diskursus adalah lebih dari sekadar kata-kata; ia adalah arena di mana kekuasaan, pengetahuan, dan identitas dinegosiasikan dan dibentuk dalam suatu masyarakat. Memahami diskursus membantu kita menjadi konsumen informasi yang lebih kritis, menyadari bagaimana cara kita berbicara dan mendengarkan membentuk realitas di sekitar kita.