Representasi Simbolis Wahyu dan Nabi
Nabi Isa Al-Masih, yang dikenal dalam tradisi Islam sebagai 'Isa bin Maryam' (Yesus putra Maria), memegang posisi yang sangat tinggi dalam hierarki kenabian. Islam meyakini bahwa beliau adalah salah satu dari lima rasul Ulul Azmi (rasul-rasul yang memiliki ketabahan luar biasa), diutus untuk Bani Israil. Peran utamanya adalah membawa Injil (Al-Kitab) dan menguatkan tauhid (keesaan Allah).
Dalam Al-Qur'an, kisah Nabi Isa diceritakan dengan detail yang menghormati mukjizat kelahirannya tanpa ayah, kemampuannya berbicara sejak bayi, menyembuhkan orang sakit dengan izin Allah, dan menghidupkan orang mati. Kehadirannya selalu bertujuan untuk membimbing umatnya menuju ketaatan penuh kepada Sang Pencipta, sebuah pesan yang esensial bagi semua nabi.
Surah Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan," adalah surah pertama dalam susunan mushaf Al-Qur'an dan merupakan inti dari setiap rakaat salat seorang Muslim. Surah ini terdiri dari tujuh ayat pendek namun sarat makna, sering disebut sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab) atau Ummul Qur'an. Keutamaannya begitu besar hingga Rasulullah SAW menyatakan bahwa tanpa Al-Fatihah, salat tidak sah.
Al-Fatihah adalah sebuah doa komprehensif yang mencakup pujian kepada Allah, pengakuan akan keesaan-Nya, penyerahan diri total, dan permohonan petunjuk menuju jalan yang lurus.
Bismillahirrahmanirrahim.
(1) Alhamdulillahi Rabbil 'alamin. (2) Ar-Rahmanir-Rahiim. (3) Maliki Yawmid-Diin. (4) Iyyaaka na'budu wa lyyaaka nasta'iin. (5) Ihdinas-shirathal-mustaqiim. (6) Shirathal-ladziina an'amta 'alaihim, ghairil maghdhubi 'alaihim wa ladh-dhaaliiin.Meskipun Nabi Isa dan Al-Fatihah berasal dari konteks yang berbeda (Isa membawa Injil, Al-Fatihah adalah bagian dari Al-Qur'an), inti pesan mereka saling beresonansi kuat. Nabi Isa, seperti semua nabi terdahulu, menyeru umatnya untuk mentauhidkan Allah. Ayat-ayat pembuka Al-Fatihah, seperti "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin" (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam) dan "Maliki Yawmid-Diin" (Pemilik hari pembalasan), menegaskan konsep kekuasaan mutlak dan keesaan Tuhan yang sama yang diajarkan oleh Isa.
Bagian terpenting yang menghubungkan keduanya adalah permohonan petunjuk, yang terdapat pada ayat kelima Al-Fatihah: "Ihdinas-shirathal-mustaqiim" (Tunjukilah kami jalan yang lurus).
Jalan lurus (Ash-Shiraath Al-Mustaqiim) inilah yang dibawa oleh setiap nabi, termasuk Isa. Para ulama tafsir sering menjelaskan bahwa jalan lurus ini adalah jalan yang dicontohkan oleh para nabi terdahulu dan para syuhada. Bagi umat Islam, jalan ini diperjelas secara definitif melalui Al-Qur'an, namun fondasi spiritualnya diletakkan oleh para pendahulu seperti Isa Al-Masih. Mereka semua berjuang agar umatnya tidak tersesat dalam kesyirikan atau penyimpangan moral.
Ayat kunci dalam Al-Fatihah yang mencerminkan totalitas ajaran kenabian adalah: "Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin" (Hanya kepada-Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada-Engkaulah kami memohon pertolongan).
Nabi Isa AS, melalui mukjizatnya, tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Tuhan atau sekutu Tuhan, melainkan sebagai hamba dan utusan Allah. Pengakuannya secara implisit tercermin dalam ayat ini. Ia menunjukkan bahwa segala kekuatan, penyembuhan, dan mukjizat yang terjadi hanyalah atas izin dan pertolongan Allah semata. Permintaan pertolongan di sini menunjukkan kerendahan hati total yang harus dimiliki oleh setiap pengikut ajaran para nabi, termasuk pengikut ajaran Isa.
Dengan demikian, Al-Fatihah berfungsi sebagai ringkasan spiritual yang mengikat semua ajaran kenabian, dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, termasuk pesan yang dibawa oleh Nabi Isa Al-Masih: pemurnian ibadah hanya kepada Allah dan permohonan konsisten agar senantiasa dibimbing di jalan kebenaran yang telah ditetapkan-Nya. Pemahaman akan peran Isa dan pengulangan Al-Fatihah dalam salat harian menguatkan komitmen seorang Muslim pada fondasi tauhid universal ini.
Keagungan surah ini terletak pada kemampuannya menjadi jembatan komunikasi langsung antara hamba dan Penciptanya, sebuah kebutuhan mendasar yang juga disampaikan oleh Nabi Isa kepada kaumnya saat ia masih hidup di muka bumi.