Pengantar Surat Al-Lail
Surat Al-Lail (الليل) atau Malam, merupakan surat ke-92 dalam susunan mushaf Al-Qur'an dan termasuk dalam kelompok surat Makkiyah, diturunkan sebelum Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Surat ini terletak di penghujung Juz ke-30 atau Juz Amma. Al-Lail terdiri dari 21 ayat. Penamaan surat ini diambil dari sumpah Allah SWT pada ayat pertamanya: "Demi malam apabila menutupi (siang)".
Surat ini memiliki fokus utama pada perbandingan antara dua jenis manusia berdasarkan cara mereka beramal dan bersikap terhadap harta benda serta ketaatan kepada Allah SWT. Ayat-ayatnya menggarisbawahi bahwa usaha dan amal seseorang akan dibalas sesuai dengan niat dan tindakannya, baik itu dalam bentuk kemudahan maupun kesulitan dalam hidup.
Kandungan Utama Surat Al-Lail
Inti dari Surat Al-Lail adalah penekanan pada perbedaan jalan hidup yang ditempuh manusia. Allah SWT bersumpah dengan fenomena alam yang besar sebagai penanda kebenaran janji-Nya. Surat ini terbagi menjadi beberapa tema besar:
1. Sumpah dan Kontras Kehidupan (Ayat 1-7)
Surat dimulai dengan sumpah Allah SWT terhadap malam yang menyelimuti dan siang yang menyinari. Kontras ini digunakan untuk menggambarkan perbedaan karakter manusia. Allah SWT menyatakan bahwa barangsiapa yang bersedekah, bertakwa, dan membenarkan pahala terbaik (surga), maka Allah akan memudahkannya menuju kebahagiaan. Sebaliknya, bagi yang kikir dan merasa cukup dengan dirinya sendiri, serta mendustakan janji surga, maka Allah akan memudahkannya menuju kesengsaraan.
وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ (1) وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ (2) وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰٓ (3) إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ (4) فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ (5) وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ (6) فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْيُسْرَىٰ (7)
Demi malam apabila menutupi (siang), dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usahamu benar-benar berbeda-beda. Maka adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kelak akan Kami mudahkan baginya jalan kemudahan (surga). (QS. Al-Lail: 1-7)
2. Konsekuensi Kekikiran dan Pendustaan (Ayat 8-11)
Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan sisi sebaliknya. Bagi yang enggan bersedekah karena merasa sudah cukup dan mendustakan kebenaran janji Allah SWT, Allah akan memudahkan jalan menuju kesulitan. Ini bukan berarti Allah memaksa mereka celaka, melainkan karena pilihan dan perbuatan mereka sendiri yang menjauhkan mereka dari rahmat dan kemudahan.
3. Kedudukan Harta dan Kebutuhan Akan Petunjuk (Ayat 12-16)
Surat ini menegaskan bahwa tugas manusia adalah menjelaskan jalan mana yang harus ditempuh. Harta yang dikumpulkan tidak akan dibawa mati. Justru, yang bermanfaat adalah harta yang dibelanjakan di jalan Allah untuk membersihkan jiwa. Ayat krusial di sini adalah peringatan tentang api neraka yang hanya akan dimasuki oleh orang yang paling celaka, yaitu orang yang mendustakan kebenaran dan berpaling darinya.
4. Puncak Ketakwaan dan Keberuntungan (Ayat 17-21)
Allah SWT menutup surat dengan pujian bagi orang yang paling bertakwa (atau yang paling bersungguh-sungguh dalam ketaatan), yaitu orang yang menginfakkan hartanya semata-mata karena mencari keridhaan Allah, dan jiwanya pun menjadi tenteram karenanya. Orang semacam inilah yang dijanjikan keridhaan dan ridha Allah di akhirat kelak.
Hikmah dan Pelajaran Hidup dari Al-Lail
Surat Al-Lail mengajarkan kita prinsip dasar keadilan ilahi: setiap tindakan memiliki konsekuensi yang setara. Kehidupan dunia ini adalah ladang ujian. Kekayaan dan kemudahan yang diberikan Allah bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk menguji ketaatan.
Pesan moral yang kuat dari surat ini adalah pentingnya **kemurahan hati (infaq)** dan **ketakwaan**. Orang yang paling beruntung bukanlah yang paling kaya harta, melainkan yang paling kaya amal saleh. Dengan memberi di jalan Allah, seseorang tidak benar-benar kehilangan, melainkan menukarnya dengan investasi abadi di akhirat. Sebaliknya, sikap kikir dan merasa diri sudah cukup adalah tanda kesombongan yang akan menjerumuskan pada kesulitan abadi.
Membaca dan merenungkan Surat Al-Lail membantu seorang muslim untuk mengevaluasi prioritas hidupnya, memastikan bahwa tujuan utama amal perbuatannya adalah mencari keridhaan Allah SWT, bukan sekadar kepuasan duniawi sesaat.