Surat Al-Fatihah, atau yang dikenal sebagai "Ummul Kitab" (Induk Al-Qur'an) dan "As-Sab'ul Matsani" (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang), memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam. Keistimewaan ini tidak hanya terletak pada posisinya sebagai pembuka Mushaf Al-Qur'an, tetapi juga karena kandungan maknanya yang padat, komprehensif, dan mengandung semua aspek penting dari akidah, ibadah, hingga permohonan pertolongan. Setiap muslim diwajibkan membacanya dalam setiap rakaat shalat fardhu, menegaskan betapa sentralnya surat ini dalam kehidupan spiritual seorang hamba.
Salah satu kelebihan terbesar Al-Fatihah adalah kemampuannya merangkum esensi ajaran yang terkandung dalam seluruh 113 surat lainnya di Al-Qur'an. Para ulama menyebutnya demikian karena surat ini mencakup tiga pilar utama ajaran Islam:
Banyak riwayat dan pandangan ulama yang menyebutkan bahwa Al-Fatihah memiliki khasiat penyembuhan (syifa') baik untuk penyakit fisik maupun spiritual. Ketika dibacakan dengan penuh keyakinan dan penghayatan, energi spiritual ayat-ayatnya dipercaya dapat memberikan ketenangan hati dan membantu proses pemulihan tubuh. Ini bukan sekadar mantra, melainkan pengakuan bahwa kesembuhan sejati datang dari Allah yang Maha Penyembuh. Kehadiran ayat "Ar-Rahmanir-Rahim" (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) memberikan harapan dan menguatkan jiwa yang sedang sakit.
Keutamaan Al-Fatihah paling nyata terlihat dalam ritual shalat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa shalat yang tidak dibacakan padanya Al-Fatihah, maka shalatnya itu "kurang", bahkan dalam sebagian riwayat disebutkan "tidak sah." Ini menunjukkan betapa pentingnya surat ini sebagai dialog antara hamba dengan Tuhannya. Dalam setiap rakaat, seorang muslim mengulang janji setia dan pengakuan keesaan-Nya. Proses ini menyucikan niat dan memfokuskan jiwa sebelum melanjutkan gerakan dan bacaan shalat lainnya.
Dalam sebuah hadits qudsi yang sangat terkenal, Allah SWT menjelaskan pembagian antara Dia dan hamba-Nya ketika hamba tersebut membaca Al-Fatihah. Allah menjawab setiap ayat yang diucapkan hamba-Nya. Misalnya, ketika hamba berkata, "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin," Allah menjawab, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." Ketika hamba mengucapkan "Maliki Yaumiddin," Allah menjawab, "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku." Dialog langsung ini memberikan kedekatan yang luar biasa, menjadikan shalat sebagai momen pertemuan paling intim.
Selain itu, Al-Fatihah merupakan salah satu pilar utama dari doa mustajab. Ayat terakhirnya, "Ihdinash-shirathal mustaqim," adalah permohonan universal untuk bimbingan abadi. Permintaan ini mencakup petunjuk dalam urusan duniawi, keistiqamahan dalam akidah, serta keselamatan dari jalan-jalan kesesatan setelah kematian. Permintaan ini adalah kebutuhan esensial setiap makhluk berakal.
Secara spiritual, membaca Al-Fatihah secara rutin dipercaya dapat menjadi benteng pertahanan dari bisikan jin dan syaitan. Surat ini mengandung penegasan akan kekuasaan mutlak Allah ("Maliki Yaumiddin") dan penolakan total terhadap segala persekutuan dengan selain-Nya. Dengan mengakui Allah sebagai satu-satunya penguasa hari pembalasan, seorang mukmin menegaskan bahwa tidak ada kekuatan lain yang patut ia takuti atau sembah.
Sebagai penutup, kelebihan Surat Al-Fatihah tidak terhingga. Ia adalah kompas spiritual, penawar penyakit, pembersih niat, dan inti dari ibadah seorang Muslim. Memahami maknanya sedalam-dalamnya dan membacanya dengan tadabbur (perenungan) akan membuka pintu rahmat dan keberkahan dalam setiap aspek kehidupan.