Surat Al-Fatihah, atau Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an), memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Menurut ajaran dan pengajaran mendiang Syekh Ali Jaber Rahimahullah, surat pembuka Al-Qur'an ini bukan sekadar rangkaian ayat, melainkan kunci pembuka rahmat dan fondasi utama dalam ibadah salat seorang Muslim.
Pilar Utama Salat
Syekh Ali Jaber sering menekankan bahwa Al-Fatihah adalah rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Beliau menjelaskan bahwa tanpa membacanya, shalat seseorang dianggap tidak sah. Ini menunjukkan betapa sentralnya surat ini dalam hubungan vertikal seorang hamba dengan Rabb-nya. Setiap bacaan di dalamnya adalah dialog langsung dengan Allah SWT.
Beliau menyoroti bahwa ketika kita membaca "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin", kita telah memuji dan mengagungkan Allah atas segala nikmat yang meliputi seluruh alam semesta. Ini adalah pengakuan total atas kebesaran-Nya sebagai Sang Pencipta, Penguasa, dan Pengatur segala urusan. Pengakuan ini mempersiapkan hati untuk tahapan berikutnya.
Kunci Pengakuan Ketuhanan
Keutamaan lain yang sering diangkat Syekh Ali Jaber adalah pemahaman mendalam mengenai ayat-ayat yang menegaskan tauhid. Ketika seorang Muslim mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim" dan "Maliki Yaumiddin", ia sedang menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan satu-satunya Pemilik Hari Pembalasan. Syekh Ali Jaber mengajarkan bahwa pengulangan sifat kasih sayang (Ar-Rahman dan Ar-Rahim) dalam dua ayat awal adalah isyarat bahwa rahmat Allah mendahului murka-Nya.
Namun, setelah pengakuan atas rahmat tersebut, datanglah penegasan bahwa pada Hari Kiamat, hanya kekuasaan mutlak Allah yang berlaku. Hal ini menanamkan rasa takut yang sehat (khauf) sekaligus harapan (raja') dalam diri seorang hamba.
Permohonan Pertolongan yang Hakiki
Menurut perspektif Syekh Ali Jaber, puncak dari hubungan dalam Al-Fatihah terletak pada ayat keenam dan ketujuh: "Ihdinash-shirathal mustaqim" (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Syekh Ali Jaber menjelaskan bahwa ayat ini merupakan permohonan paling mendesak dan paling dibutuhkan oleh setiap manusia. Tanpa petunjuk Allah, manusia akan tersesat dalam kegelapan, meskipun ia cerdas atau memiliki kekayaan.
Petunjuk yang diminta ini adalah petunjuk menuju jalan para nabi, orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai (seperti Yahudi) atau jalan orang yang sesat (seperti Nasrani, menurut tafsir umum yang sering beliau sampaikan berdasarkan konteks ayat).
Beliau menekankan bahwa dengan berulang kali membaca doa ini dalam setiap rakaat shalat, seorang Muslim terus-menerus memperbarui komitmennya untuk mencari kebenaran dan menjauhi kesesatan. Ini adalah penyucian ruh yang dilakukan secara periodik.
Keutamaan Sebagai Obat dan Penawar
Syekh Ali Jaber juga sering mengutip hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Al-Fatihah memiliki keutamaan penyembuhan (syifa'). Beliau mengajarkan bahwa karena surat ini adalah kalamullah yang mengandung pujian tertinggi, ia memiliki daya spiritual yang luar biasa. Ketika dibaca dengan tadabbur (perenungan mendalam) dan keyakinan penuh, Al-Fatihah dapat menjadi penawar bagi penyakit hati maupun penyakit fisik.
Keagungannya terletak pada makna totalitasnya. Ia mencakup pujian, pengakuan, penyerahan diri, dan permohonan. Oleh karena itu, Syekh Ali Jaber mendorong umat Islam untuk tidak sekadar melafalkan Al-Fatihah sebagai rutinitas, tetapi menghayatinya sebagai inti dari keimanan dan perisai spiritual dalam menghadapi tantangan kehidupan duniawi.