Larangan dan Etika Penting Saat Adzan Berkumandang

Adzan

Ilustrasi: Seruan azan yang menandai waktu shalat.

Adzan (atau azan) adalah seruan suci yang dikumandangkan oleh muazin untuk memberitahukan tibanya waktu salat fardu. Momen ini bukan sekadar pengumuman biasa, melainkan sebuah panggilan spiritual yang mengharuskan umat Islam untuk segera menghentikan aktivitas duniawi dan mempersiapkan diri menghadap Sang Pencipta. Dalam tradisi Islam, terdapat beberapa etika dan larangan spesifik yang dianjurkan untuk dipatuhi ketika suara adzan mulai terdengar, sebagai wujud penghormatan terhadap syiar Islam.

Mengapa Larangan Diperlukan Saat Adzan?

Landasan utama mengapa umat Islam dianjurkan untuk berhenti beraktivitas saat adzan adalah karena adanya perintah langsung maupun tuntunan dari Rasulullah SAW. Mengindahkan panggilan adzan adalah bagian integral dari implementasi keimanan. Mengabaikannya seolah meremehkan syiar, padahal dalam suara adzan terkandung kalimat-kalimat tauhid dan ajakan menuju ibadah yang paling utama.

Para ulama sepakat bahwa merespons panggilan adzan dengan diam dan mendengarkan adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Ketika kita terlarut dalam obrolan, perdagangan, atau pekerjaan saat adzan berkumandang, hal tersebut dikategorikan sebagai kurangnya adab (etika) terhadap seruan ilahi. Menghentikan aktivitas adalah bentuk pengakuan bahwa perintah Allah SWT melalui adzan memiliki prioritas di atas urusan duniawi sesaat.

Daftar Larangan Utama Saat Adzan Berkumandang

Larangan dalam konteks ini umumnya merujuk pada tindakan yang sangat mengganggu atau menunjukkan ketidakpedulian terhadap kumandang adzan. Berikut adalah beberapa hal yang sangat dilarang atau sangat dimakruhkan (tidak disukai) untuk dilakukan:

1. Melanjutkan Pembicaraan atau Transaksi Jual Beli

Ini adalah larangan yang paling sering ditekankan. Jika seseorang sedang melakukan tawar-menawar, akad jual beli, atau bahkan sekadar mengobrol santai, ia wajib menghentikannya sejenak. Teks-teks riwayat menunjukkan bahwa melanjutkan transaksi saat adzan dapat mengakibatkan kerugian spiritual, bahkan dalam beberapa pandangan, dapat membatalkan keberkahan transaksi tersebut. Suara adzan seharusnya menjadi jeda yang menghentikan segala bentuk interaksi yang bersifat duniawi.

2. Mengabaikan dan Tetap Sibuk dengan Duniawi

Bekerja, mengemudi tanpa jeda, atau fokus penuh pada hiburan seperti menonton televisi atau bermain gawai tanpa menunjukkan isyarat untuk berhenti adalah tindakan yang tidak terpuji. Meskipun pekerjaan harus dilanjutkan setelah adzan selesai, tindakan mengabaikan suara muazin secara sengaja selama kumandang berlangsung menunjukkan hati yang keras terhadap panggilan ibadah.

3. Melakukan Aktivitas yang Menghasilkan Suara Bising Berlebihan

Menyalakan mesin yang sangat bising, melakukan perbaikan yang memerlukan suara keras (seperti memukul palu secara terus-menerus), atau memutar musik dengan volume tinggi dilarang. Tujuannya adalah agar suara adzan dapat terdengar dengan jelas oleh semua orang, sehingga tidak ada uzur bagi mereka yang belum sempat mendengarnya dengan baik. Penghormatan terhadap muazin dan seruannya adalah prioritas.

4. Berkata-kata yang Tidak Perlu atau Berdebat

Adalah sangat tidak pantas untuk berdebat sengit atau mengeluarkan perkataan kotor (maksiat lisan) tepat ketika adzan dikumandangkan. Momen ini adalah waktu untuk menjaga lisan dari hal-hal yang sia-sia, apalagi yang mendekati dosa.

Respons yang Dianjurkan (Menjawab Adzan)

Sebagai pelengkap larangan, umat Muslim dianjurkan untuk segera merespons adzan. Respons ini mencakup:

Singkatnya, ketika adzan berkumandang, tubuh dan pikiran seharusnya bergeser fokusnya. Larangan-larangan tersebut bertujuan untuk membersihkan ruang spiritual kita, memastikan bahwa panggilan salat diterima dengan hati yang terbuka, penuh hormat, dan tanpa distraksi yang berarti. Mematuhi etika ini adalah bentuk cinta kita kepada syiar dan bentuk ketaatan kita kepada perintah Allah SWT.

🏠 Homepage