Dalam menjalankan ibadah sholat, umat Muslim senantiasa berusaha untuk mencapai kekhusyukan maksimal. Salah satu elemen penting yang seringkali diremehkan namun memiliki peran signifikan dalam menjaga fokus adalah adanya pembatas sholat. Konsep ini merujuk pada segala sesuatu yang menandai area pribadi seorang Muslim saat melaksanakan salat, memisahkan dirinya dari gangguan luar, baik secara fisik maupun spiritual.
Definisi dan Landasan Konsep
Apa sebenarnya pembatas sholat namanya? Dalam istilah yang umum digunakan, benda atau tanda yang digunakan untuk membatasi area sholat sering disebut sebagai 'sutrah'. Sutrah adalah penanda yang diletakkan di depan orang yang sedang sholat, memisahkan area sujudnya dari jalur lalu lalang orang atau hewan. Keberadaan sutrah ini didasarkan pada anjuran Nabi Muhammad SAW yang bertujuan untuk menghalangi pandangan setan dan menjaga konsentrasi agar tidak terganggu oleh apa pun yang melintas di depan kita saat bersujud.
Sutrah tidak selalu harus berupa benda yang besar. Dalam mazhab Syafi'i dan lainnya, batas minimal yang dianggap sah sebagai sutrah bervariasi, namun intinya adalah adanya pemisah antara orang yang sholat dan area di depannya. Jika tidak ada sutrah yang nyata, beberapa ulama menyarankan untuk membuat garis dengan kaki atau tongkat yang dicacakkan ke tanah.
Jenis-jenis Pembatas Sholat (Sutrah)
Variasi benda yang dapat berfungsi sebagai pembatas sholat namanya sangat luas, tergantung pada kondisi dan lokasi sholat:
- Sajadah (Alat Utama): Sajadah adalah bentuk pembatas yang paling umum. Meskipun fungsi utamanya adalah menjaga kebersihan tempat sujud, posisi sajadah yang membentang di depan jamaah secara tidak langsung juga berfungsi sebagai sutrah pribadi, terutama jika digunakan sendirian.
- Tiang atau Pilar: Ketika sholat di masjid, tiang atau pilar sering kali menjadi pembatas alami. Jamaah dapat memilih posisi di antara dua tiang atau di depan tiang untuk memastikan tidak ada yang lewat di antara kaki dan dahi mereka.
- Garis di Tanah: Jika sholat dilakukan di lapangan terbuka dan tidak tersedia benda padat, membuat garis lurus di tanah (menggunakan tongkat, sandal, atau bahkan jari) dianggap cukup sebagai sutrah sementara.
- Dinding atau Tembok: Sholat yang menghadap tembok atau dinding juga memenuhi syarat sutrah, karena tembok tersebut menjadi penghalang fisik yang jelas.
Pentingnya Memakai Pembatas Saat Sholat
Mengapa penanda ini begitu penting? Kekhusyukan (konsentrasi) adalah inti dari penerimaan sholat. Ketika seseorang meletakkan sutrah, secara psikologis ia menciptakan 'zona aman' ibadah. Gangguan seperti anak kecil yang berlarian, orang yang terburu-buru ingin melewati, atau bahkan hewan kecil yang melintas di depan mata saat sujud dapat memecah fokus spiritual.
Menurut pandangan fiqih, sholat seseorang yang dilewati oleh orang lain (bukan hanya hewan) di antara kaki dan tempat sujudnya tanpa adanya sutrah, hukumnya tetap sah, namun pahalanya dikurangi. Oleh karena itu, menggunakan pembatas sholat namanya adalah bentuk kehati-hatian (wara') dan upaya maksimal untuk menyempurnakan tata cara sholat sesuai tuntunan sunnah.
Adab Meletakkan Sutrah
Penempatan sutrah juga memiliki tata cara tertentu. Idealnya, sutrah diletakkan sejajar dengan ujung kaki saat berdiri. Ketinggiannya idealnya setinggi satu hasta (sekitar 40-50 cm) atau lebih, meskipun seperti yang disebutkan, garis di tanah pun sudah memadai. Penting untuk diingat bahwa sutrah ini adalah untuk melindungi area sholat dari lintasan, bukan untuk menghalangi orang lain secara paksa untuk lewat jika ada ruang yang lebih luas.
Kesimpulannya, baik itu berupa sajadah yang diletakkan dengan niat membatasi, tiang masjid, maupun garis imajiner, konsep mengenai pembatas sholat namanya—sutrah—adalah bagian integral dari menjaga kesempurnaan dan kekhusyukan dalam ibadah ritual harian umat Islam.