Keindahan Pemberian dalam Surah Adh-Dhuha

Memahami Puncak Rahmat: QS Adh-Dhuha Ayat 11

Surah Adh-Dhuha, surat ke-93 dalam Al-Qur'an, adalah sebuah penyejuk hati yang turun kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang mengalami masa sulit dan merasa ditinggalkan oleh wahyu. Surat ini penuh dengan janji dan afirmasi ilahi. Di antara ayat-ayat yang menenangkan tersebut, terdapat penutup yang sangat penting yang menjadi puncak dari keseluruhan pesan surat ini, yaitu **QS Adh-Dhuha ayat 11**.

Ayat ini adalah klimaks dari rangkaian nikmat yang telah disebutkan sebelumnya, mulai dari penjagaan di masa yatim, petunjuk saat tersesat, hingga kelimpahan rezeki. Ayat ini berfungsi sebagai penegasan perintah untuk membalas segala karunia tersebut dengan cara yang paling utama.

Ilustrasi Simbol Syukur dan Cahaya Pemberian وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu MENGADAKAN PEMBICARAAN (MENYIARKANNYA)." (QS. Adh-Dhuha: 11)

Perintah untuk Menceritakan Nikmat

Ayat 11 ini memberikan perintah yang sangat jelas dan tegas kepada Nabi Muhammad SAW, yang secara implisit juga ditujukan kepada seluruh umatnya: "Fahaddits" (فَحَدِّثْ), yang berarti "maka bicarakanlah" atau "ceritakanlah". Perintah ini bukanlah sekadar anjuran, melainkan sebuah instruksi ilahiah untuk secara aktif menyebarkan kabar baik mengenai karunia yang Allah berikan.

Mengapa begitu ditekankan untuk menceritakan nikmat? Pertama, ini adalah bentuk syukur yang paling nyata dan aktif. Bersyukur tidak hanya berhenti di hati atau lisan (seperti mengucapkan Alhamdulillah), tetapi juga diwujudkan dalam tindakan lisan untuk menampakkan keagungan pemberi nikmat. Ketika kita menceritakan kesulitan yang telah kita lalui dan bagaimana Allah menolong kita, kita sedang membangun narasi keimanan.

Dampak Positif Mensyukuri Secara Terbuka

Tafsir ulama sering menyoroti beberapa hikmah di balik perintah "Fahaddits" ini. Ketika seorang mukmin berbicara tentang nikmat Allah, hal itu memiliki dampak berantai yang luar biasa.

  1. Memperkuat Iman Diri Sendiri: Mengulang-ulang cerita tentang pertolongan Allah berfungsi sebagai pengingat konstan bahwa Allah Maha Kuasa, menancapkan keyakinan dalam jiwa pendengar dan pencerita.
  2. Memberi Harapan Bagi yang Sulit: Bagi mereka yang sedang berada di lembah ujian, mendengar kisah orang lain yang berhasil melewatinya adalah suntikan motivasi dan harapan bahwa kesulitan mereka pasti akan berakhir dengan pertolongan Ilahi.
  3. Menghilangkan Sifat Hasad: Dengan terang-terangan memuji karunia Allah (bukan memuji diri sendiri), hal itu mengurangi potensi munculnya iri hati pada orang lain, karena pujian tersebut diarahkan kepada Sang Pemberi.
  4. Menjaga dari Kesombongan: Syukur yang diucapkan secara terbuka (dengan fokus pada Allah) mencegah seseorang jatuh ke dalam jebakan merasa bahwa kesuksesan murni hasil usahanya semata.

Ayat 11 ini melengkapi pesan surat Adh-Dhuha. Jika ayat-ayat sebelumnya adalah janji Allah kepada Nabi tentang masa depan yang cerah setelah masa sulit, maka ayat terakhir ini adalah tuntutan balik dari Allah: "Karena Aku telah memberimu segalanya, maka sebarkanlah kabar gembira ini kepada umatmu." Ia adalah jembatan antara penerimaan rahmat dan penyebaran rahmat. Oleh karena itu, memahami dan mengamalkan **QS Adh-Dhuha ayat 11** adalah kunci untuk mengakhiri episode kesulitan hidup dengan hati yang penuh syukur dan semangat berbagi.

🏠 Homepage