Surat Al-Kahfi (Gua) adalah salah satu surat mulia dalam Al-Qur'an yang menyimpan banyak pelajaran penting bagi umat Islam. Salah satu bagian yang paling sering ditekankan oleh para ulama dan menjadi amalan sunnah di hari Jumat adalah membaca 10 ayat terakhirnya. Sepuluh ayat penutup surat ini mengandung janji perlindungan, penegasan keesaan Allah SWT, dan kabar gembira bagi orang-orang yang beramal saleh.
Membaca sepuluh ayat terakhir ini secara khusus diyakini oleh banyak riwayat memiliki dimensi spiritual yang kuat, khususnya dalam konteks menghadapi fitnah Dajjal, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat ini berfungsi sebagai benteng spiritual, mengingatkan kita pada hakikat dunia yang fana dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi.
Sepuluh ayat terakhir QS Al-Kahfi dimulai dari ayat ke-90 hingga ayat ke-100. Tema sentral yang diangkat adalah kontras antara mereka yang menolak kebenaran dan mereka yang memegang teguh iman serta amal saleh. Ayat-ayat ini secara persuasif mengajak pembaca untuk merenungkan pilihan hidup mereka.
Ayat 90-91 menegaskan bagaimana Allah SWT memberikan perumpamaan keras bagi mereka yang berpaling dari tauhid dan kembali kepada kekufuran, yang mana perumpamaan itu adalah membelokkan cahaya Ilahi yang seharusnya menerangi jalan mereka.
Setelah itu, ayat-ayat berikutnya memberikan penekanan kuat pada janji Allah SWT bagi orang-orang mukmin. Janji ini bukan hanya sekadar pahala biasa, melainkan kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Hal ini menjadi motivasi terbesar bagi seorang Muslim untuk senantiasa beramal jariyah dan menjauhi kesesatan.
Puncak dari sepuluh ayat ini sering kali dikaitkan dengan ayat ke-99 dan 100. Ayat 99 merujuk pada Hari Kiamat, saat segala bentuk kebohongan dan tipu daya duniawi akan terungkap. Pada hari itu, pertanggungjawaban akan amal perbuatan menjadi satu-satunya tolok ukur.
Ayat ke-100 adalah penutup yang sangat kuat, berisi doa dan penegasan mengenai konsekuensi dari pilihan hidup:
Jika kita merujuk pada 10 ayat terakhir secara numerik (ayat 101 hingga 110): Ayat-ayat ini memaparkan kesudahan orang-orang kafir yang hatinya telah tertutup oleh keangkuhan mereka terhadap tanda-tanda kebesaran Allah. Mereka yang buta mata hatinya, yang memilih mengikuti hawa nafsu, akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Kontrasnya, Allah SWT memberikan kabar gembira yang luar biasa bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Ayat 107 dan 108 adalah inti dari janji tersebut:
Janji "Surga Firdaus" ini menunjukkan tingkatan tertinggi kenikmatan abadi. Kunci untuk mendapatkan janji ini ditekankan dalam ayat-ayat sebelumnya: iman yang benar dan amal saleh yang konsisten. Ini adalah pesan penutup dari surat Al-Kahfi: dunia ini hanya persinggahan, dan fokus sejati seorang mukmin adalah mengejar keridhaan dan tempat kembali yang abadi di sisi Allah.
Sepuluh ayat terakhir ini juga berfungsi sebagai pengingat fundamental tentang Tauhid, yaitu pengesaan Allah SWT. Surat ini dibuka dengan pujian terhadap Al-Qur'an sebagai peringatan dan ditutup dengan penegasan bahwa Allah tidak memiliki sekutu. Setiap kali kita membaca ayat-ayat penutup ini, kita diingatkan untuk senantiasa meluruskan niat dan amal kita hanya karena Allah semata.
Dengan demikian, mengamalkan pembacaan 10 ayat terakhir Al-Kahfi (atau seluruh suratnya pada hari Jumat) bukan sekadar ritual, melainkan upaya aktif untuk memperkuat benteng iman kita dari godaan duniawi dan fitnah akhir zaman, mempersiapkan diri kita untuk menyambut hari perhitungan dengan bekal amal terbaik.
Semoga perenungan atas ayat-ayat penutup Al-Kahfi ini senantiasa membimbing langkah kita menuju keridhaan-Nya.