Surat Al-Qadr (An-Nisa') adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki kedudukan sangat istimewa. Surat yang terdiri dari lima ayat ini secara spesifik menjelaskan tentang keagungan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar. Memahami kandungan surat ini beserta artinya adalah kunci untuk meraih keberkahan di dalamnya.
Surat Al-Qadr tidak hanya memberikan deskripsi, tetapi juga memicu refleksi mendalam tentang nilai ibadah dan waktu. Kata "Qadar" sendiri memiliki beberapa makna yang saling berkaitan: penetapan, kemuliaan, dan keterbatasan.
Salah satu penafsiran utama Lailatul Qadar adalah malam penetapan takdir tahunan. Pada malam ini, Allah SWT menurunkan catatan mengenai segala ketetapan (rezeki, ajal, kemudahan, kesulitan) yang akan berlaku bagi seluruh makhluk-Nya selama satu tahun ke depan. Oleh karena itu, malam ini adalah momen krusial di mana Allah menetapkan urusan makhluk-Nya dengan hikmah yang sempurna.
Keutamaan yang disebutkan dalam ayat ketiga—"lebih baik daripada seribu bulan"—menegaskan bahwa nilai ibadah yang dilakukan pada malam ini jauh melampaui akumulasi ibadah sepanjang hidup yang panjang. Keutamaan ini bukan semata-mata karena durasinya, melainkan karena kehadiran ilahiah dan malaikat yang melimpah ruah. Malam ini adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk mendapatkan pengampunan dosa dan peningkatan derajat yang luar biasa hanya dalam beberapa jam ibadah.
Ayat keempat menjelaskan bahwa malaikat turun secara berkesinambungan. Kehadiran malaikat yang bertugas membawa rahmat dan kedamaian ('salam') menciptakan atmosfer spiritual yang tidak tertandingi. Kehadiran mereka adalah simbol bahwa bumi sedang diselimuti oleh limpahan rahmat Allah SWT yang bersifat menyeluruh, bukan hanya untuk seorang individu, melainkan untuk seluruh alam. Malaikat turun membawa ketetapan urusan—apakah itu berupa rezeki, kesembuhan, atau keputusan ilahi lainnya—semuanya disampaikan dengan izin dan rahmat dari Allah.
Meskipun Al-Qur'an tidak secara eksplisit menyebutkan tanggal pasti Lailatul Qadar, mayoritas ulama sepakat berdasarkan hadis bahwa malam kemuliaan ini terjadi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk giat beribadah pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan, seperti malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29.
Maka, kesibukan duniawi seharusnya dikesampingkan sementara. Lailatul Qadar mengajarkan umat manusia untuk menghargai waktu, terutama waktu yang mengandung janji pahala tak terhingga. Dengan memahami makna dan keagungan QS Al-Qadr, seorang Muslim didorong untuk mengisi malam-malam tersebut dengan shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berzikir, beristighfar, dan memohon ampunan serta keridhaan Allah, semata-mata mengharap keberkahan yang lebih baik daripada seribu bulan lamanya.
Menghidupkan malam Lailatul Qadar adalah cara terbaik untuk menutup rangkaian ibadah Ramadan dengan sebuah hadiah agung dari Sang Pencipta. Keberkahan yang terkandung di dalamnya adalah pintu menuju ketenangan batin yang berlanjut hingga terbit fajar Ramadan berakhir.