Setiap mukmin pasti pernah merasakan kesulitan, ujian, dan masa-masa sulit dalam hidup. Perasaan tertekan, kebingungan, atau beban berat terkadang membuat kita merasa seolah-olah terperangkap dalam kegelapan tanpa jalan keluar. Namun, Al-Qur'an memberikan suntikan semangat dan kepastian bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Salah satu ayat kunci yang menegaskan prinsip universal ini adalah **Quran Surat Al Insyirah Ayat 7**.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Fa idza faraghta fanshab
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka tetaplah bekerja (untuk urusan yang lain).
Konteks Ayat dan Maknanya yang Mendalam
Surat Al Insyirah, atau dikenal juga dengan nama Asy-Syarh (Pembentangan Dada), diturunkan sebagai peneguhan hati Nabi Muhammad SAW ketika beliau menghadapi kesulitan dakwah yang luar biasa. Ayat 1 hingga 6 berbicara tentang janji Allah SWT bahwa pertolongan dan kemudahan akan selalu menyertai setiap kesulitan. Ayat 7 ini kemudian menjadi penutup yang memberikan instruksi praktis tentang cara menyikapi fase setelah kesulitan tersebut berlalu.
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa perintah "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka tetaplah bekerja (untuk urusan yang lain)" mengandung beberapa lapisan makna penting. Pertama, ini adalah perintah untuk produktivitas berkelanjutan. Begitu satu pekerjaan berat selesai, seorang mukmin tidak boleh berdiam diri atau bersantai terlalu lama, melainkan harus segera beralih kepada ibadah atau amal shaleh berikutnya.
Ini mengajarkan kita bahwa kelegaan yang diberikan Allah bukanlah izin untuk bermalas-malasan. Sebaliknya, kelegaan itu adalah modal energi baru untuk berjuang lagi. Jika kesibukan duniawi telah usai, fokuskan diri pada ibadah ritual; jika ibadah wajib telah ditunaikan, segeralah bergerak untuk amal sosial atau dakwah.
Inspirasi dari Ilustrasi SVG
Pelajaran Ketekunan (Istiqomah)
Ayat ini menanamkan nilai fundamental dalam Islam, yaitu istiqomah. Istiqomah bukanlah sekadar bertahan ketika badai datang, tetapi juga konsisten dalam beramal ketika cuaca cerah. Ketika kita baru saja melewati masa sulit—seperti lulus ujian berat, sembuh dari penyakit, atau menyelesaikan proyek besar—syaitan seringkali membisikkan rasa puas diri dan kemalasan. Al-Insyirah 7 secara tegas mematahkan bisikan itu.
Ayat ini menekankan pentingnya mengalihkan energi yang telah dilepaskan dari tekanan masa lalu menuju sumber energi yang baru, yaitu ketaatan kepada Allah. Dalam konteks spiritual, "selesai" bisa berarti selesai dari satu episode maksiat, dan perintah "fanshab" adalah perintah untuk segera bangkit menuju ketaatan. Dalam konteks duniawi, ini mengajarkan manajemen waktu dan prioritas yang sehat, memastikan bahwa setiap waktu yang tersedia dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kebaikan.
Hubungan dengan Ayat Sebelumnya
Ayat 7 adalah klimaks dari janji ilahi. Ayat 5 dan 6 berbunyi: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." Janji ini memberikan harapan. Ketika harapan itu terwujud menjadi kelegaan (kemudahan), ayat 7 datang sebagai panduan implementasi: Jangan sia-siakan kemudahan ini!
Jika kita merenungkan keseluruhan surat ini, kita memahami sebuah siklus kehidupan yang ideal menurut ajaran Islam: **Kesulitan (Ushr) → Pertolongan Ilahi (Yusr) → Rasa Syukur dan Kerja Keras Lanjutan (Fanshab).** Ini adalah pola pikir yang proaktif dan berorientasi pada tujuan akhirat, yang menjadikan setiap fase kehidupan—baik suka maupun duka—sebagai ladang pahala.
Oleh karena itu, mengingat Quran Surat Al Insyirah Ayat 7 seharusnya memicu semangat kita untuk tidak pernah berhenti berjuang, beribadah, dan memberikan manfaat. Selalu ada persiapan yang harus dilakukan setelah satu beban terangkat, karena Allah mencintai hamba-Nya yang selalu beramal dan tidak pernah puas dengan capaian kecil selama ia masih bernapas.