*Ilustrasi sederhana kisah Surah Al Fil
Surah Al Fil, yang berarti "Gajah," merupakan salah satu surat pendek dalam Juz Amma (juz ke-30) Al-Qur'an. Surat ini terdiri dari lima ayat dan menceritakan sebuah peristiwa monumental yang terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, yakni kegagalan pasukan Abrahah, seorang penguasa Yaman, untuk menghancurkan Ka'bah di Makkah. Kisah ini menjadi penanda nyata akan campur tangan ilahi dan perlindungan Allah terhadap rumah-Nya.
Pada masa itu, Abrahah Al-Asyram, seorang raja dari Yaman yang beralih agama menjadi Nasrani, merasa cemburu melihat kemakmuran Makkah yang disebabkan oleh pusat peribadatan Ka'bah. Ia ingin mengalihkan jalur haji dan pusat keagamaan bangsa Arab ke gereja besar yang baru dibangunnya di Yaman. Ketika permintaannya untuk mengagungkan gereja tersebut diabaikan, Abrahah murka dan memimpin pasukan besar menuju Makkah. Pasukan ini dilengkapi dengan gajah-gajah besar, yang pada masa itu dianggap sebagai senjata perang paling modern dan menakutkan.
Tujuan utama Abrahah adalah merobohkan Ka'bah. Namun, ketika mereka mendekati Makkah, Allah SWT mengirimkan pertolongan-Nya dalam bentuk yang tidak terduga.
1. Alam tara kayfa fa'ala rabbuka bi ashabil fil.
2. Alam yaj'al kaidahum fi tadlil?
3. Wa arsala 'alaihim thairan ababil.
4. Tarmihim bi hijaratim min sijjiil.
5. Faja'alahum ka'asfin ma'kuul.
(Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu telah membinasakan kaum bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang keras, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.)
Ayat ketiga dan keempat menjelaskan intervensi ilahi. Allah mengirimkan thairan ababil, yaitu burung-burung yang datang secara berkelompok dan bergelombang, membawa batu-batu kecil yang keras (sijjil) yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Batu-batu ini bukan sekadar kerikil biasa, melainkan proyektil yang sangat efektif.
Kisah ini menunjukkan sebuah paradoks yang mendalam. Pasukan Abrahah mengandalkan kekuatan militer terbesar pada masanya, termasuk gajah, simbol kekuatan tak terkalahkan. Sementara itu, Allah menggunakan makhluk yang paling kecil—burung—untuk menghancurkan kekuatan besar tersebut. Ketika batu-batu itu menimpa pasukan Abrahah, mereka hancur lebur, seperti yang digambarkan dalam ayat terakhir, "seperti daun-daun yang dimakan ulat."
Peristiwa ini, yang dikenal sebagai 'Amul Fil (Tahun Gajah), memiliki signifikansi besar karena terjadi sekitar waktu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kejadian ini memperkuat posisi Makkah dan Ka'bah sebagai tempat yang dilindungi secara ilahi, sekaligus menjadi pujian atas kekuasaan absolut Allah. Kaum Quraisy saat itu tidak perlu berperang; pertahanan mereka disediakan oleh Pencipta alam semesta.
Secara teologis, S Al Fil mengajarkan bahwa tidak ada kekuatan di bumi, sekecil apa pun, yang mampu melawan kehendak dan pertolongan Allah. Meskipun manusia berusaha dengan segala tipu daya dan kekuatan materialnya, jika Allah berkehendak melindungi sesuatu atau seseorang, segala rencana musuh akan berakhir sia-sia dan bahkan berbalik menghancurkan mereka sendiri. Kisah ini memberikan rasa aman dan keyakinan mendalam bahwa hanya kepada Allah-lah tempat berlindung yang sejati.
Dalam konteks spiritualitas pribadi, Surah Al Fil adalah pengingat bahwa dalam menghadapi tantangan besar—yang diibaratkan seperti pasukan gajah—kita harus senantiasa bergantung pada doa dan tawakal kepada Allah, karena pertolongan-Nya bisa datang dari arah yang tidak pernah kita duga.