Ilustrasi: Cahaya harapan yang terbit setelah melewati kesulitan.
Surah Ad-Dhuha dan Al-Inshirah (Asy-Syarh) adalah dua surat yang sering kali dibaca bersamaan sebagai penenang hati. Keduanya memberikan janji agung dari Allah SWT bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Jika Surah Ad-Dhuha mengingatkan Nabi Muhammad SAW akan masa lalu yang sulit, maka Surah Al-Inshirah, yang memiliki nama lain Syarh, langsung fokus pada masa depan dan realitas yang sedang dihadapi saat itu: sebuah janji pemulihan dan kemudahan yang tak terhindarkan.
Ayat pembuka surah ini sangat kuat: "Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?" (QS. Al-Insyirah: 1). Kata "syarh" berarti melapangkan, membuka, atau mempermudah. Bagi Rasulullah SAW, janji ini adalah penegasan bahwa beban dakwah yang berat, tekanan dari kaum kafir, dan kesedihan di hati beliau telah diangkat oleh Allah SWT. Ayat ini merupakan bentuk dukungan ilahi yang bersifat langsung dan personal.
Lantas, apa implikasi bagi kita sebagai umatnya ketika membaca ayat ini? Ketika kita berada dalam kondisi sesak, pikiran penuh masalah, atau merasa terbebani oleh urusan duniawi, Al-Inshirah mengajarkan bahwa proses pelapangan dada itu sedang terjadi. Ini bukan janji akan hilangnya masalah, melainkan janji akan kemudahan dalam menghadapi masalah tersebut. Allah tidak menjanjikan jalan yang rata, tetapi memberikan hati yang lapang untuk melaluinya.
Surah ini menegaskan janji kemudahan ini dua kali, yang menunjukkan betapa pentingnya penegasan tersebut. Ayat kedua berbunyi: "Dan Kami telah meringankan bebanmu darimu," (QS. Al-Insyirah: 2). Beban kenabian yang sangat berat, termasuk penolakan dan ancaman, diangkat dan diringankan oleh Allah. Ini memberikan pelajaran fundamental: setiap perjuangan di jalan ketaatan pasti akan mendapatkan keringanan dari Sang Pencipta.
Setelah penegasan bahwa kesulitan telah diangkat, Allah SWT menyambungnya dengan ayat yang sangat terkenal dan menjadi penutup surah: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6). Pengulangan ayat ini bukan sekadar penguatan retorika, melainkan penekanan terhadap hukum kausalitas dalam kehidupan yang diatur Allah. Kemudahan tidak datang secara terpisah, melainkan selalu menyertai—bahkan melekat erat—dengan kesulitan yang ada.
Ini berarti kita tidak perlu menunggu kesulitan itu benar-benar hilang untuk merasakan kemudahan. Kemudahan itu sudah ada di sana, tersembunyi di balik kesulitan itu sendiri, menunggu untuk ditemukan melalui kesabaran dan keteguhan iman.
Setelah memahami janji agung ini, bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan nyata? Tindakan nyata ini tercermin dalam dua ayat berikutnya:
Memahami dan mengamalkan pesan Surah Al-Inshirah memberikan fondasi psikologis dan spiritual yang kuat. Ia mengajarkan bahwa masa-masa tergelap sekalipun memiliki batas waktu, dan janji Allah adalah kebenaran mutlak. Dengan kesabaran dan ketekunan dalam ketaatan, setiap kesulitan pasti akan berakhir dengan keluasan dan kemudahan dari sisi-Nya.