Urutan Wahyu: Surah Ad Dhuha Diturunkan Setelah Surah Apa?

Urutan Wahyu Ilahi

Ilustrasi urutan penurunan wahyu.

Pertanyaan mengenai urutan turunnya surah-surah Al-Qur'an adalah topik krusial dalam ilmu Ulumul Qur'an, khususnya dalam kajian Asbabun Nuzul (sebab turunnya wahyu) dan Tartibun Nuzul (urutan penurunan). Setiap ayat dan surah memiliki konteks historis dan temporal yang unik. Salah satu surah yang sering menarik perhatian adalah Surah Adh-Dhuha (Surah ke-93).

Banyak kaum muslimin yang ingin mengetahui, surah Ad Dhuha diturunkan setelah surah apa? Pengetahuan ini penting karena seringkali menunjukkan periode perkembangan dakwah Rasulullah SAW dan kondisi psikologis beliau saat menerima wahyu.

Konteks Penurunan Surah Adh-Dhuha

Surah Adh-Dhuha diturunkan pada periode Mekkah. Periode ini dikenal sebagai masa-masa penuh ujian berat bagi Nabi Muhammad SAW, terutama setelah jeda wahyu (fatrah al-wahy) yang sempat berlangsung cukup lama. Ketiadaan wahyu dalam periode tertentu menyebabkan timbulnya keraguan dan kesedihan mendalam pada diri Rasulullah SAW, bahkan kekhawatiran dari para sahabat.

Saat itulah, Allah SWT menurunkan Surah Adh-Dhuha untuk memberikan ketenangan, penghiburan, dan penegasan janji Ilahi. Ayat-ayatnya bersumpah dengan waktu Dhuha (pagi hari) dan malam ketika sunyi, menegaskan bahwa Rabb-Nya tidak meninggalkan dan membenci beliau.

Jawaban Mengenai Urutan Penurunan

Berdasarkan riwayat sahih dan penelitian para ulama tafsir mengenai tartibun nuzul (urutan penurunan wahyu), Surah Adh-Dhuha (Surah ke-93) diturunkan setelah Surah Al-Insyirah (Surah ke-94).

Perlu dicatat bahwa urutan ini mengacu pada urutan penurunan wahyu, bukan urutan penulisan atau penomoran surah dalam mushaf Al-Qur'an yang kita pegang saat ini (yang menggunakan urutan tartib at-tawqifi, yaitu urutan yang ditetapkan langsung oleh Rasulullah SAW atas perintah Allah).

Surah Al-Insyirah, yang memiliki tema sangat mirip tentang kemudahan setelah kesulitan, turun mendahului Adh-Dhuha. Keduanya merupakan paket penegasan dan penghiburan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW pada saat beliau sedang menghadapi tekanan psikologis berat.

Perbedaan Urutan Wahyu dan Urutan Mushaf

Sangat penting untuk membedakan antara dua jenis urutan ini:

  1. Urutan Wahyu (Nuzul): Urutan kronologis ketika ayat atau surah tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam urutan ini, Surah Adh-Dhuha adalah salah satu surah akhir yang turun di Mekkah.
  2. Urutan Mushaf (Thabti): Urutan surah seperti yang kita baca hari ini, yang dimulai dari Al-Fatihah hingga An-Nas. Urutan ini ditetapkan oleh Nabi SAW sendiri berdasarkan petunjuk Jibril AS setelah surah tersebut lengkap diturunkan.

Dalam urutan mushaf, Surah Adh-Dhuha (93) terletak sebelum Surah Al-Insyirah (94). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara kronologis turun setelah Al-Insyirah, Rasulullah SAW diperintahkan untuk menempatkannya dalam rangkaian mushaf setelah surah tersebut.

Signifikansi Urutan Penurunan

Fakta bahwa Surah Adh-Dhuha diturunkan setelah periode panjang keheningan wahyu (yang diikuti oleh turunnya Surah Al-Insyirah) memiliki makna mendalam. Penurunan surah ini berfungsi sebagai penyegaran spiritual. Ia mematahkan asumsi bahwa Allah SWT telah berpaling. Justru sebaliknya, Allah SWT bersumpah dengan waktu yang penuh keberkahan, menandakan bahwa ketenangan dan pertolongan-Nya akan datang seiring berjalannya waktu, sama seperti datangnya matahari Dhuha setelah kegelapan malam.

Para mufassir sering menjelaskan bahwa ketika seorang hamba Allah diuji dengan kesulitan, kesabaran dan keyakinannya harus dibayar dengan janji kenikmatan yang akan datang. Surah Adh-Dhuha dan Al-Insyirah adalah janji yang pasti:

Kesimpulannya, secara kronologis surah Ad Dhuha diturunkan setelah surah Al-Insyirah. Keduanya merupakan wahyu penghiburan yang sangat penting yang menguatkan hati Rasulullah SAW di tengah masa-masa sulit penyebaran risalah Islam di Makkah. Urutan penempatan dalam mushaf hanyalah susunan tata tertib akhir yang diperintahkan oleh wahyu itu sendiri.

🏠 Homepage