Dalam khazanah keislaman, terdapat satu surat yang memiliki kedudukan sangat tinggi, bahkan sering disebut sebagai tiang atau pilar utama dalam ibadah salat umat Muslim. Surat yang dimaksud adalah Surah Al-Fatihah. Pertanyaan mendasar yang sering muncul di benak banyak orang adalah: Surah Al-Fatihah adalah surah yang ke berapa dalam susunan mushaf Al-Qur'an? Jawabannya adalah, Al-Fatihah menempati posisi sebagai surah pertama, atau yang dikenal sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab).
Meskipun merupakan surah pembuka, kedudukannya jauh melampaui sekadar urutan. Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat pendek yang padat makna, mencakup esensi dari seluruh ajaran Islam, mulai dari pengenalan tauhid, pujian kepada Allah SWT, penetapan hari akhir, hingga permohonan petunjuk.
Ilustrasi: Fondasi atau Pintu Pembuka Utama
Keistimewaan dan Nama Lain
Karena pentingnya, Surah Al-Fatihah memiliki banyak sekali nama lain yang mencerminkan fungsinya. Selain Surah Al-Fatihah adalah surah yang ke satu, ia juga dikenal sebagai Al-Hamd (Pujian), Ash-Shalāt (Salat), Asy-Syifa’ (Obat/Penyembuh), dan Al-Kanz (Harta Karun). Keistimewaan utamanya terlihat dalam hadis bahwa surat ini adalah pembagian antara Allah dan hamba-Nya ketika hamba tersebut membacanya dalam salat.
Setiap ayatnya memiliki kedalaman makna. Ayat pertama, Bismillahirrahmanirrahim, adalah kunci pembuka segala urusan. Ayat kedua menegaskan keesaan Allah dan sifat-Nya sebagai Rabb semesta alam. Puncak dari pengakuan ini adalah pada ayat ketiga, di mana kita mengakui bahwa hanya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Posisi Fundamental dalam Ibadah
Kedudukan Al-Fatihah sebagai surah pertama sangat krusial dalam ibadah salat wajib maupun sunnah. Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa jika surat ini hilang atau tidak dibaca, maka salat seseorang dianggap tidak sah. Ini menegaskan bahwa Al-Fatihah bukan sekadar bacaan tambahan, melainkan rukun yang harus dipenuhi.
Pengulangan tujuh belas kali (minimal) dalam sehari semalam saat melaksanakan salat fardhu menunjukkan betapa Allah ingin hamba-Nya senantiasa mengingat dan menegaskan kembali ikrar keimanan mereka. Dalam setiap perpindahan gerakan salat—berdiri, rukuk, sujud—kita mengulang pengakuan ini.
Makna Ayat-Ayat Kunci
- Ayat 4 (Mālikiyawmi ad-dīn): Penegasan bahwa Allah adalah pemilik mutlak hari pembalasan (Kiamat), mengingatkan kita akan pertanggungjawaban amal.
- Ayat 5 (Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn): Inti dari tauhid spiritual. Kita hanya menyembah Allah dan hanya memohon pertolongan kepada-Nya. Kalimat ini adalah penyerahan diri total.
- Ayat 6-7 (Ihdināṣ-ṣirāṭal-mustaqīm...): Permohonan harian yang paling penting: meminta petunjuk menuju jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diridhai, bukan jalan orang-orang yang dimurkai atau jalan orang-orang yang sesat. Permohonan ini menunjukkan kerentanan manusia dan kebutuhan konstan akan bimbingan Ilahi.
Al-Fatihah dan Aspek Penyembuhan (Syifa’)
Keistimewaan lain yang sering dibahas adalah kemampuan Al-Fatihah sebagai penawar penyakit. Berdasarkan riwayat, surat ini pernah digunakan oleh para sahabat untuk meruqyah (menyembuhkan) pemimpin suku yang sakit parah, dan hasilnya terbukti manjur. Ini menunjukkan bahwa selain sebagai landasan teologis dan ibadah ritual, Al-Fatihah juga membawa berkah spiritual yang dapat mempengaruhi aspek fisik melalui izin Allah SWT.
Sebagai kesimpulan, Surah Al-Fatihah adalah surah yang diletakkan pada posisi pertama dalam mushaf Al-Qur'an. Ia adalah fondasi keimanan, dialog hamba dengan Tuhannya, dan doa universal yang merangkum seluruh kebutuhan eksistensial manusia: pengakuan, pujian, dan permohonan petunjuk. Oleh karena itu, membacanya dengan tadabbur (perenungan mendalam) sangatlah dianjurkan agar makna yang terkandung di dalamnya benar-benar meresap dalam hati dan membentuk karakter seorang Muslim.