Fokus Utama: Surah Al-Ikhlas Ayat 1 Berbunyi

Simbol Keesaan Allah (Tauhid) 1

قُلْ هُوَ اللّٰهُ أَحَدٌ

Qul huwal-laahu ahad

Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa."

Penjelasan Ayat Pertama Surah Al-Ikhlas

Surah Al-Ikhlas (Keikhlasan), yang merupakan surat ke-112 dalam Al-Qur'an, dikenal sebagai "sepertiga Al-Qur'an" karena kandungan akidahnya yang sangat padat dan mendasar. Ayat pertama dari surat ini, "قُلْ هُوَ اللّٰهُ أَحَدٌ" (Qul huwal-laahu ahad), berfungsi sebagai fondasi utama bagi seluruh ajaran tauhid.

Perintah "Qul" (Katakanlah) menunjukkan bahwa ayat ini adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai jawaban tegas terhadap berbagai pertanyaan atau keraguan kaum musyrik mengenai hakikat dan sifat Tuhan yang mereka sembah. Mereka meminta penjelasan spesifik tentang Tuhan yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Ayat ini kemudian menjadi deklarasi resmi mengenai keesaan Allah.

Inti dari ayat ini terletak pada frasa "Allahu Ahad". Kata "Ahad" (أَحَدٌ) secara harfiah berarti "satu" atau "tunggal". Namun, dalam konteks teologi Islam, "Ahad" memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekadar bilangan. Ini menyiratkan ketunggalan mutlak, tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada bagian dari-Nya, dan tidak ada duplikasi dari keberadaan-Nya.

Mengapa "Ahad" Sangat Penting?

Para ulama tafsir menjelaskan perbedaan halus antara kata 'Wahid' (yang juga berarti satu) dan 'Ahad'. "Wahid" sering digunakan untuk menunjukkan keunikan dalam jenisnya, misalnya, seorang raja bisa disebut Wahid (satu-satunya raja di kerajaannya), namun masih mungkin ada raja lain di kerajaan lain. Sementara itu, "Ahad" menegaskan keesaan yang absolut dan menyeluruh, yang tidak bisa dibagi, dibatasi, atau disamai oleh apapun. Allah adalah Esa dalam zat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya. Tidak ada yang memiliki kemiripan sedikit pun dengan-Nya.

Ketika surah al ikhlas ayat 1 berbunyi demikian, ia langsung menolak semua bentuk kesyirikan, politeisme, dan trinitarianisme. Ia menegaskan bahwa Tuhan yang layak disembah hanyalah Dia yang tunggal, yang tidak memiliki sekutu, tidak beranak, dan tidak diperanakkan. Keberadaan-Nya tidak bergantung pada apapun, berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya.

Kedudukan Ayat dalam Akidah

Ayat pembuka ini sangat fundamental dalam akidah Islam. Mengimani bahwa Allah adalah Ahad adalah pondasi dari seluruh amal ibadah kita. Seluruh isi Surah Al-Ikhlas, dari ayat pertama hingga terakhir, adalah penjelasan rinci tentang konsekuensi logis dari keesaan tersebut. Ayat kedua ("Allahus Shamad") akan menjelaskan bahwa karena Dia Esa, maka Dia adalah tempat bergantung yang Maha Dibutuhkan. Ayat ketiga dan keempat akan memperkuat ketunggalan-Nya dengan meniadakan segala bentuk perbandingan atau persekutuan.

Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai surah al ikhlas ayat 1 adalah kunci untuk membersihkan hati dari keraguan dan mengarahkan segenap penghambaan hanya kepada Zat Yang Maha Tunggal. Mengucapkan ayat ini dengan pemahaman yang benar berarti seseorang telah menyatakan janji setia bahwa ia tidak akan pernah menyekutukan Allah dalam bentuk apapun, baik dalam penyembahan, harapan, maupun ketakutan. Ini adalah inti dari keikhlasan (Al-Ikhlas) yang menjadi nama surat tersebut.

Ringkasnya, ayat pertama ini adalah fondasi tauhid: pengakuan bahwa Tuhan kita adalah satu-satunya yang patut disembah karena keesaan-Nya yang mutlak dan tidak tertandingi. Memahami dan merenungkan makna ini akan memperkuat iman seorang muslim dalam menghadapi segala godaan untuk menyekutukan-Nya.

🏠 Homepage