Pembukaan Surat Agung (Ayat 1-4)
Surah Al-Kahfi, yang berarti "Gua", adalah salah satu surat yang sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada hari Jumat. Empat ayat pertamanya adalah pujian dan penetapan sifat agung Allah SWT, sekaligus penegasan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk lurus.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ
(1)
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak menjadikan di dalamnya kebengkokan (sedikit pun).
قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
(2)
Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang keras dari sisi-Nya dan memberi berita gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.
مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا
(3)
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًا
(4)
Dan untuk memperingatkan orang-orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak".
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna dan bertujuan untuk memberikan peringatan keras kepada mereka yang menyimpang dari tauhid, khususnya yang mengklaim Allah memiliki anak.
Keutamaan Al-Qur'an dan Peringatan Bagi Penentang (Ayat 5-8)
Bagian ini melanjutkan penjelasan mengenai status kitab suci dan menunjukkan ketidakmungkinan bagi orang kafir untuk memperoleh ilmu dari Al-Qur'an tanpa iman, serta nasib buruk mereka di akhirat.
مَّا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِأَابَآئِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
(5)
Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Besar (bahaya)nya perkataan yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
Selanjutnya, Allah SWT bertanya kepada Nabi Muhammad SAW mengenai kesedihan beliau terhadap penolakan kaumnya (Ayat 6). Kemudian dijelaskan bahwa keindahan duniawi hanyalah kesenangan sesaat, dan Allah akan menjadikan amal perbuatan mereka sebagai debu yang beterbangan (Ayat 7-8).
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
(7)
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya.
Kisah Penjaga Gua: Pelajaran tentang Kepemudaan dan Iman (Ayat 9-20)
Ayat 9 hingga 20 adalah pengantar dari kisah Ashabul Kahfi (Para Pemuda Ashabul Kahfi). Ayat-ayat ini memperkenalkan tujuan cerita tersebut sebagai pelajaran bagi umat manusia mengenai hakikat pertolongan Allah dan keteguhan iman.
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَٰبَ ٱلْكَهْفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُواْ مِنْ ءَايَٰتِنَا عَجَبًا
(9)
Atau kamu mengira bahwa orang-orang Ashabul Kahfi dan Ar-Raqim itu adalah suatu keajaiban di antara tanda-tanda Kami?
Ayat selanjutnya (10) menceritakan momen ketika para pemuda itu mencari perlindungan dari kaum yang menyembah berhala, memohon perlindungan dan petunjuk dari Allah:
إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
(10)
(Ingatlah) ketika para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami!".
Allah mengabulkan doa mereka dan menidurkan mereka selama ratusan tahun. Ini menunjukkan bahwa perlindungan sejati datang dari Allah SWT ketika seorang hamba teguh pada kebenaran meskipun dalam ancaman besar.
Ayat 11 hingga 20 menjelaskan bahwa Allah menidurkan mereka selama tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun (Ayat 11). Setelah itu, Allah membangunkan mereka (Ayat 12) agar mereka menyadari kebesaran Allah. Mereka yang terbangun pun hanya mampu memperkirakan berapa lama mereka tertidur (Ayat 12). Mereka menyadari bahwa mereka harus kembali ke kota dengan membawa perak mereka, namun mereka khawatir akan perlakuan kaumnya (Ayat 13-14). Ayat-ayat berikutnya (15-20) menjelaskan tentang bagaimana mereka kemudian memutuskan untuk bersembunyi dan bagaimana Allah menyinari gua mereka serta membuat mereka tertidur lelap, sebuah bukti nyata dari kekuasaan-Nya.
وَكَذَٰلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوٓاْ أَنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَآ إِذْ يَتَنَٰزَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ ۖ فَقَالُواْ ٱبْنُواْ عَلَيْهِم بُنْيَٰنًا ۖ رَّبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُواْ عَلَىٰٓ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا
(20)
Dan demikian (pula) Kami membangunkan mereka (dari tidurnya) agar mereka mengetahui (Fakta) bahwa janji Allah itu benar, dan (bahwa) kedatangan hari kiamat itu tidak ada keraguan padanya; ketika orang-orang itu berselisih faham tentang urusan mereka, sebagian mereka berkata: "Dirikanlah suatu bangunan di atas (gua) mereka", Tuhan mereka lebih mengetahui keadaan mereka." Berkatalah orang-orang yang menguasai urusan mereka: "Pasti akan kami dirikan sebuah rumah peribadatan di atas (gua) mereka."
Dua puluh ayat pertama ini berfungsi sebagai pondasi penting dalam Surah Al-Kahfi, memperkenalkan pujian kepada Allah, peringatan keras terhadap penyimpangan, dan menyiapkan pembaca untuk mendalami kisah-kisah teladan tentang iman dan keteguhan hati.