وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقْنَا مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ
Dan (ingatlah) ketika tiupan sangkakala (sebagai tanda kiamat) dilakukan, maka matilah semua (makhluk) yang ada di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi, maka tiba-tiba mereka semua berdiri (hidup kembali), sambil melihat (ke arah yang lain).
(100)
وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Dan bumi (pada hari itu) menjadi terang dengan cahaya Tuhannya; dan diberikanlah buku (catatan amal) dan didatangkanlah para nabi dan para saksi, lalu diberikan keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya.
(101)
وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ
Dan disempurnakanlah bagi tiap-tiap jiwa apa yang telah dikerjakannya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(102)
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا وَعُرِضُوا عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ ظَنَنتُمْ أَلَّن نَّجْعَلَ لَكُم مَّوْعِدًا
Dan (ingatlah) pada hari Kami jalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi datar dan Kami kumpulkan mereka (semua manusia), dan Kami tidak tinggalkan seorang pun dari mereka. Dan mereka semua dihadapkan kepada Tuhanmu dalam barisan (seraya difirmankan): "Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada pertama kali; bahkan kamu mengira bahwa Kami sekali-kali tidak akan menjadikan untukmu suatu waktu (untuk dibangkitkan kembali)."
(103 - 104)
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan diletakkanlah buku (catatan amal), maka kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan melihat apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, buku apakah ini? ia tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan semuanya terhitung." Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.
(106)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka mereka sujud kecuali Iblis. Iblis adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai penolong selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Seburuk-buruk pertukaran bagi orang-orang yang zalim.
(107)
وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ وَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Adapun orang-orang yang berbahagia, mereka berada di dalam surga, kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali dikehendaki Tuhanmu lain (sebagai suatu anugerah yang tidak putus-putusnya). Maka janganlah kamu berada dalam keraguan tentang (kebenaran) apa yang disembah oleh kaummu itu. Mereka tidak menyembah melainkan seperti yang telah disembah nenek moyang mereka dahulu; dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan mereka dengan sempurna. Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat), maka diperselisihkanlah hal itu, dan sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah diputuskan di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) berada dalam keraguan yang besar (terhadap kebenaran Al-Qur'an). Katakanlah: "Aku hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jangan ia mempersekutukan seorang pun dalam ibadah kepada Tuhannya."
(107 - 110)
Penjelasan Singkat Ayat 100-110 Surah Al-Kahfi
Sepuluh ayat terakhir dari Surah Al-Kahfi ini merupakan penutup yang sangat kuat, memindahkan fokus pembaca dari kisah-kisah duniawi (Ashabul Kahfi, Pemilik Dua Kebun, Nabi Musa dan Khidir, Zulkarnain) menuju realitas akhirat yang tak terhindarkan. Ayat-ayat ini memberikan peringatan keras dan janji ganjaran yang jelas.
Ayat 100 hingga 102 menjelaskan tentang kedahsyatan Hari Kiamat. Tiupan sangkakala pertama menyebabkan kehancuran total, dan tiupan kedua membangkitkan semua manusia untuk diadili. Pada hari itu, bumi akan bersinar oleh cahaya ilahi, dan setiap catatan amal—kecil maupun besar—akan dihadirkan tanpa ada sedikit pun kezaliman (Ayat 102).
Ayat 103 hingga 104 mengingatkan manusia bahwa penciptaan pertama dan kebangkitan kedua adalah nyata. Banyak yang lalai dan menganggap hidup di dunia ini adalah segalanya, sehingga mereka lupa akan adanya pertanggungjawaban. Ketika dihadapkan kepada Allah dalam barisan, mereka akan menyadari betapa sia-sianya anggapan mereka bahwa tidak ada hari perhitungan.
Pusat dari peringatan ini terletak pada perbandingan antara kebahagiaan (keselamatan) dan kesengsaraan (kehancuran). Ayat 107 mengulang kembali kisah Iblis yang enggan bersujud kepada Adam, menekankan bahwa kesombongan dan penolakan terhadap perintah Allah adalah akar dari kebinasaan. Manusia diperingatkan untuk tidak meniru Iblis dan keturunannya dengan menjadikan selain Allah sebagai penolong.
Puncak dari rangkuman ini terdapat pada ayat 108-110. Bagi yang berbahagia (orang beriman), balasan mereka adalah surga yang kekal, sebuah anugerah yang tak terputus. Sebaliknya, yang celaka akan merasakan azab pedih di neraka dengan segala penderitaannya. Penutupannya menegaskan dua hal mendasar: Pertama, Allah Maha Berkehendak (Ayat 109). Kedua, penekanan kembali esensi risalah kenabian: tauhid. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa beliau hanyalah manusia yang diberi wahyu bahwa Tuhan hanyalah satu. Oleh karena itu, kunci menuju perjumpaan yang mulia dengan Tuhan adalah amal saleh yang murni tanpa kesyirikan (Ayat 110). Ayat terakhir ini menjadi inti ajaran Islam yang harus dipegang teguh oleh setiap muslim.