Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, dikenal sebagai penyejuk hati dan pelindung dari fitnah Dajjal. Di antara ayat-ayatnya yang agung, ayat ke-109 memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mengingatkan kita tentang hakikat dunia dan akhirat. Ayat ini menjadi penutup pembahasan Allah mengenai perbandingan antara kehidupan duniawi yang fana dengan kehidupan ukhrawi yang kekal.
Mari kita simak lafal Surah Al-Kahfi ayat 109:
Ayat 109 ini adalah sebuah penegasan ilahiah mengenai keagungan dan keluasan ilmu Allah, yang mana ilmu tersebut termanifestasi dalam bentuk kalimat-kalimat-Nya (ayat-ayat-Nya).
Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan sebuah tantangan retoris yang sangat kuat. Bayangkanlah sebuah skenario hipotetis: jika seluruh lautan di bumi dijadikan tinta, dan seluruh pepohonan di bumi dijadikan pena, kemudian seluruh manusia dan jin bekerja tanpa henti untuk menuliskan semua kalimat Allah, apa yang akan terjadi? Ayat ini menjawabnya tegas: lautan itu akan kering dan habis, sementara kalimat-kalimat Allah masih belum selesai seluruhnya.
Ayat ini secara fundamental menyoroti keterbatasan luar biasa yang melekat pada ciptaan, bahkan ciptaan terbesar sekalipun. Lautan, yang volumenya tak terbayangkan oleh akal manusia, hanya mampu menampung secuil kecil dari keagungan ilmu Tuhan. Ini adalah metafora yang digunakan untuk menunjukkan bahwa ilmu Allah itu tidak bertepi, tak terbatas, dan tidak pernah bisa dicapai batas akhirnya oleh usaha makhluk apa pun.
Dalam konteks turunnya ayat ini, seringkali dikaitkan dengan keraguan atau upaya kaum musyrik untuk menantang kebenaran Al-Qur'an. Mereka mungkin mempertanyakan sumber pengetahuan Nabi Muhammad SAW. Dengan ayat ini, Allah mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang dibawa oleh Rasul-Nya jauh melampaui apa yang bisa dijangkau oleh pengetahuan material duniawi mana pun.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari Surah Al-Kahfi ayat 109 sangat relevan dalam kehidupan modern yang seringkali terlalu fokus pada pengetahuan empiris dan hasil yang kasat mata. Ayat ini mengajarkan tiga hal utama:
Ayat 109 ini seringkali ditempatkan setelah ayat-ayat yang membahas tentang perbandingan antara kenikmatan dunia dan pahala akhirat. Misalnya, ayat sebelumnya (108) menegaskan bahwa tempat kembali orang beriman adalah surga yang kekal. Setelah menegaskan keabadian akhirat, ayat 109 memperkuat gagasan ini dengan menunjukkan bahwa bahkan bukti keagungan Allah pun (kalimat-Nya) lebih melimpah daripada dunia yang kita anggap luas (lautan).
Kita diingatkan bahwa fokus utama seharusnya adalah pada hal-hal yang kekal, yaitu amal perbuatan yang menghasilkan pahala abadi, bukan mengejar kesenangan dunia yang cepat berlalu dan terbatas, seolah-olah kenikmatan itu akan bertahan selamanya. Sebaliknya, wahyu Allah adalah kebenaran hakiki yang tidak akan pernah habis oleh waktu maupun volume.
Memahami Surah Al-Kahfi ayat 109 adalah langkah awal untuk menggeser perspektif kita dari keterbatasan dunia menuju keabadian akhirat. Setiap kali kita membaca ayat ini, kita diperkenalkan kembali pada keluasan kuasa Tuhan yang tak terlukiskan oleh tinta sejuta lautan sekalipun. Inilah pondasi kokoh bagi seorang mukmin untuk senantiasa mencari keridhaan-Nya, menyadari betapa berharganya setiap detik yang dianugerahkan untuk meraih pemahaman akan kalimat-Nya.