Surah Al-Kahfi (Gua) adalah salah satu surah penting dalam Al-Qur'an yang sarat dengan pelajaran hidup, terutama mengenai ujian, kesabaran, dan kebenaran ilahi. Ayat 60 hingga 82 menceritakan kisah pertemuan Nabi Musa AS dengan hamba Allah yang saleh (sering diidentifikasi sebagai Khidr), sebuah narasi yang mengajarkan tentang hikmah di balik peristiwa yang tampak tidak logis bagi akal manusia.
Memahami ayat-ayat ini beserta artinya adalah cara untuk menenangkan jiwa saat menghadapi misteri kehidupan dan memperkuat tawakal kepada kehendak Allah SWT.
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum aku sampai ke tempat bertemunya dua lautan atau aku berjalan terus bertahun-tahun."
Tatkala mereka telah berjalan lebih jauh (dari tempat itu), berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."
Murid itu berkata: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat istirahat di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu. Dan tidak ada yang melupakan (mengingatkannya) kepadaku kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang ajaib."
Lalu keduanya bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan Kami telah mengajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Maka berjalanlah keduanya sehingga tatkala mereka menaiki perahu, Khidr melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu ini? Apakah kamu bertujuan untuk menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat suatu kesalahan yang besar (untukku)."
Maka berjalanlah keduanya sehingga tatkala mereka bertemu seorang anak laki-laki, maka Khidr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu perbuatan yang mungkar (mengerikan)."
Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu; sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur (alasan) kepadaku."
Maka berjalanlah keduanya sehingga tatkala mereka sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta izin untuk minta makan kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka, kemudian mereka mendapati di negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, lalu Khidr menegakkan kembali dinding itu. Musa berkata: "Jika kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."
Khidr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dan kamu, kelak aku akan jelaskan kepadamu (sebab-sebab) perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."
Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut; maka aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas setiap perahu (yang baik) dengan paksa.
Dan adapun anak itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang yang beriman, dan kami khawatir bahwa (kalau ia dewasa) ia akan menimpa kedua orang tuanya itu dengan kedurhakaan dan kekafiran.
Maka kami menghendaki Tuhan mereka mengganti (si anak) itu dengan yang lebih baik daripadanya dalam kesucian (iman) dan lebih dekat kasih sayangnya (kepada orang tua).
Dan adapun dinding itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda kepunyaan mereka berdua, dan ayahnya adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki keduanya sampai kepada kedewasaan dan mengambil harta bendanya itu, sebagai suatu rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Itulah sebabnya maka aku menceritakan kepadamu hal yang kamu tidak sabar terhadapnya."
Hikmah di Balik Kisah
Kisah Nabi Musa AS dan Khidr ini memberikan pelajaran mendalam bahwa ilmu manusia sangat terbatas dibandingkan ilmu Allah. Tindakan yang sekilas tampak zalim (seperti melubangi perahu atau membunuh anak) ternyata mengandung kebaikan dan perlindungan yang lebih besar di masa depan. Kerusakan kapal menyelamatkan dari rampasan raja; kematian anak menyelamatkan orang tua dari penderitaan kekufuran; dan memperbaiki tembok melindungi harta warisan bagi anak yatim.
Pelajaran utama bagi pembaca Surah Al-Kahfi ayat 60-82 adalah untuk selalu bersabar dan berprasangka baik terhadap ketetapan Ilahi. Seringkali, apa yang kita anggap sebagai musibah hanyalah pintu menuju rahmat yang belum kita pahami sepenuhnya. Meminta pertolongan Allah dan menahan diri dari menghakimi keadaan adalah kunci kesabaran yang diajarkan dalam rangkaian ayat yang mulia ini.