Ayat ke-97 dari Surah Al-Kahfi ini merupakan penutup kisah Ashabul Kahfi (Para Pemuda Gua) dan secara umum berfungsi sebagai pengingat keras mengenai hari kiamat dan kebangkitan. Setelah Allah SWT menceritakan bagaimana Dia menidurkan para pemuda tersebut selama ratusan tahun untuk melindungi iman mereka dari kezaliman kaum kafir, ayat ini membawa fokus kita melompat jauh ke depan, menuju akhir zaman.
Frasa kunci pertama adalah, "Dan Kami biarkan mereka pada hari itu bercampur aduk bagaikan ombak yang saling bertabrakan." Kata "pada hari itu" merujuk pada Hari Kiamat. Kondisi di mana manusia "bercampur aduk bagaikan ombak" melukiskan kekacauan, kegelisahan, dan ketidakpastian yang luar biasa yang akan menyelimuti alam semesta saat kehancuran pertama terjadi, yaitu saat tiupan sangkakala pertama. Manusia akan terlempar, tidak menentu arah, mencerminkan kehancuran tatanan duniawi yang selama ini mereka banggakan.
Ketidakpastian tersebut segera diakhiri oleh bagian kedua ayat: "Dan sangkakala pun ditiup (untuk yang kedua kalinya), lalu Kami kumpulkan mereka (manusia) seluruhnya." Dalam tradisi Islam, tiupan sangkakala yang kedua inilah yang menandai bangkitnya seluruh makhluk dari kubur mereka, untuk menghadapi pertanggungjawaban akhir.
Ayat ini menegaskan kembali konsep fundamental dalam akidah Islam: kebangkitan (ba'ts) adalah pasti terjadi. Tidak ada seorang pun yang luput dari pengumpulan total ini. Kekuatan dan status duniawi akan lenyap, dan yang tersisa hanyalah jiwa yang siap dihisab di hadapan Yang Maha Kuasa.
Mengapa ayat ini diletakkan setelah kisah para pemuda gua? Para pemuda tersebut mengalami "tidur panjang" yang bagi mereka terasa seperti sesaat. Bagi Allah, mematikan dan menghidupkan kembali mereka adalah hal yang jauh lebih mudah daripada sekadar menidurkan mereka. Ayat 97 menjadi penekanan bahwa jika Allah mampu mengontrol waktu dan memelihara sekumpulan kecil manusia dalam tidur yang ajaib, maka membangkitkan seluruh umat manusia dari kematian adalah jauh lebih mudah dan pasti.
Ini memberikan penghiburan bagi orang yang beriman dan peringatan keras bagi yang mengingkari Hari Pembalasan. Ketika kekacauan Kiamat melanda (ombak yang bertabrakan), orang beriman akan menemukan ketenangan karena mereka tahu setelah kekacauan itu akan datang pengumpulan yang teratur di bawah naungan rahmat Ilahi.
Surah Al-Kahfi sendiri dikenal sebagai surah perlindungan, terutama dari fitnah Dajjal. Ayat 97 ini berfungsi sebagai "vaksin" spiritual terhadap ketakutan akan akhir zaman. Ia mengajarkan bahwa di balik setiap peristiwa besar yang tampak kacau—baik itu kehancuran peradaban, bencana alam, atau goncangan iman—selalu ada ketetapan dan keteraturan yang diatur oleh Allah.
Kekacauan duniawi yang digambarkan seperti ombak yang bertabrakan hanyalah fase transisi. Fase tersebut akan berakhir ketika suara Sangkakala Agung memanggil, dan seluruh umat manusia akan dikumpulkan secara teratur untuk menuju keadilan hakiki. Oleh karena itu, penghayatan terhadap ayat ini mendorong seorang Muslim untuk menjalani hidup dengan kesadaran bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan, dan akhir yang sejati adalah pertemuan dengan Sang Pencipta. Kehidupan duniawi adalah riak kecil sebelum gelombang besar pertanggungjawaban tiba.