إِنَّ عَلَيْنَا هُدَاهُ
"Sesungguhnya bagi Kami-lah urusan (menjelaskan) kepadanya (jalan yang benar)."
Ayat ke-11 dari Surah Al-Lail (Malam) ini merupakan salah satu penegasan ilahi yang sangat fundamental dalam ajaran Islam. Surah Al-Lail secara keseluruhan membahas tentang kontras antara perbuatan baik dan buruk, serta janji balasan yang pasti dari Allah SWT. Ayat ini secara spesifik merujuk pada tanggung jawab Allah dalam menunjukkan petunjuk (hidayah) kepada manusia.
Untuk memahami makna ayat ini secara mendalam, penting untuk melihat konteks ayat-ayat sebelumnya. Beberapa ayat sebelum ayat 11 (khususnya ayat 7-10) berbicara mengenai dua jenis manusia: mereka yang bersedekah, bertakwa, dan membenarkan kebaikan, serta mereka yang kikir, merasa cukup dengan dirinya, dan mendustakan kebaikan.
Firman Allah: "Inna 'alainaa hudaah", yang berarti "Sesungguhnya bagi Kami-lah urusan menjelaskan kepadanya jalan yang benar." Kata "hudaah" (petunjuk) di sini memiliki cakupan yang sangat luas. Ini bukan hanya sekadar informasi teoritis, tetapi juga kemampuan internal yang ditanamkan Allah dalam diri manusia untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah (fitrah), serta menyediakan sarana-sarana eksternal untuk mencapai kebenaran tersebut.
Tanggung jawab Allah SWT dalam memberikan petunjuk terbagi menjadi dua bentuk utama:
Penegasan bahwa "bagi Kami-lah urusan petunjuk" menunjukkan kemahakuasaan dan keadilan Ilahi. Allah tidak membiarkan ciptaan-Nya tersesat tanpa arah. Meskipun manusia diberi kehendak bebas untuk memilih, Allah menjamin bahwa jalan kebenaran telah dipaparkan secara jelas. Hal ini mengurangi alasan bagi manusia untuk mengatakan bahwa mereka tidak pernah tahu mana yang benar.
Bagi seorang mukmin, pemahaman ayat ini memberikan rasa aman dan kepastian. Kita tidak perlu cemas atau merasa sendirian dalam perjalanan mencari kebenaran. Ketika seseorang telah berusaha keras mencari petunjuk—dengan membaca, merenung, dan beribadah—maka keyakinan bahwa Allah akan menuntun langkah selanjutnya menjadi pendorong semangat yang kuat. Ayat ini menegaskan bahwa usaha manusia dalam mencari kebenaran akan bertemu dengan kemudahan dari pihak Ilahi.
Sebaliknya, bagi mereka yang menolak kebenaran atau bersikap kikir terhadap kebaikan (sebagaimana dibahas di ayat-ayat sebelumnya), ayat 11 ini berfungsi sebagai peringatan. Meskipun Allah menjamin petunjuk itu ada, penerimaan petunjuk sepenuhnya bergantung pada kesediaan dan keterbukaan hati penerima. Jika hati telah tertutup oleh kesombongan atau kekikiran, maka hidayah yang ditawarkan Allah akan sulit masuk.
Ayat ini juga mengajarkan kerendahan hati. Seorang hamba harus selalu menyadari bahwa kemampuan untuk memahami, menerima, dan mengamalkan ajaran Islam adalah anugerah murni dari Allah, bukan murni hasil kecerdasan atau usaha sendiri. Kesadaran ini mendorong kita untuk senantiasa memohon kepada-Nya, "Ya Allah, tunjukkanlah kami jalan yang lurus," (seperti dalam Surah Al-Fatihah) karena Dialah satu-satunya pemilik kunci petunjuk tersebut.
Secara ringkas, Surah Al-Lail ayat 11 adalah janji Allah bahwa kejelasan petunjuk (hidayah) adalah hak dan tanggung jawab-Nya sepenuhnya. Tugas kita adalah membuka hati dan menyambut cahaya petunjuk yang telah Dia sediakan, agar kita dapat menempuh jalan yang diridai-Nya dan meraih keberuntungan hakiki di akhirat.