Upaya & Hasil Ilustrasi simbolis yang menunjukkan kontras antara malam yang gelap dan upaya yang dilakukan, diwakili oleh jalur melengkung dengan titik awal dan akhir yang berbeda warna.

Memahami Surah Al-Lail Ayat 3: Lafal dan Maknanya

Al-Qur'an, firman Allah SWT, adalah sumber petunjuk utama bagi umat Islam. Setiap surah dan ayat di dalamnya mengandung hikmah mendalam mengenai kehidupan, moralitas, dan tujuan akhir manusia. Salah satu surah yang sangat menekankan pentingnya usaha dan amal perbuatan adalah Surah Al-Lail (Malam).

Fokus pembahasan kita kali ini adalah ayat ketiga dari surah mulia ini. Ayat ini sering menjadi sorotan karena secara eksplisit menghubungkan antara beragamnya cara manusia dalam menjalani hidup dengan tanggung jawab yang mereka pikul. Untuk memahaminya secara mendalam, kita perlu melihat lafal aslinya, terjemahannya, dan konteks tafsirnya.

Surah Al-Lail Ayat 3 Diawali dengan Lafal...

Ayat ketiga dari Surah Al-Lail diawali dengan lafal yang sangat jelas menggarisbawahi perbedaan orientasi hidup manusia. Lafal yang dimaksud adalah:

وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ (2) وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ (3) وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰٓ (4)

Berdasarkan urutan ayat, jika kita merujuk pada ayat yang melanjutkan sumpah-sumpah Allah SWT, maka ayat yang mendeskripsikan perbedaan utama dalam perbuatan manusia adalah ayat berikutnya setelah sumpah tentang malam dan siang.

Namun, jika maksud pertanyaan adalah ayat yang diawali dengan lafal spesifik di posisi ketiga (Ayat 3), maka lafal tersebut adalah:

وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ

(Dan) demi siang apabila terang benderang (QS. Al-Lail: 3)

Ayat ini adalah bagian dari serangkaian sumpah Allah SWT di awal surah (ayat 1 hingga 4) yang bertujuan untuk menegaskan kebenaran pesan yang akan disampaikan. Allah bersumpah demi ciptaan-Nya yang agung: demi malam bila menutupi, demi siang bila menyinari, demi apa yang menciptakan laki-laki dan perempuan.

Konteks Ayat dalam Surah Al-Lail

Untuk memahami mengapa sumpah ini penting, kita perlu membaca ayat-ayat selanjutnya (ayat 5 dan seterusnya), di mana Allah mengaitkan sumpah-sumpah tersebut dengan variasi amal manusia. Ayat 5 berbunyi:

"Sesungguhnya usahamu itu benar-benar berbeda-beda." (QS. Al-Lail: 5)

Para mufassir menjelaskan bahwa kontras antara malam yang gelap dan siang yang terang benderang (sebagaimana disumpahi pada ayat 3) adalah metafora bagi perbedaan jalan hidup manusia. Ada yang menjalani hidup dalam kegelapan kekufuran atau kemaksiatan (seperti malam), dan ada pula yang menempuh jalan kebenaran dan ketaatan (seperti siang yang terang).

Lafal "إِذَا تَجَلَّىٰ" (Idza Tajalla) yang berarti "apabila terang benderang" atau "apabila tampak jelas" menunjukkan kesempurnaan cahaya kebenaran yang datang dari siang hari. Ini mengisyaratkan bahwa kebenaran Ilahi itu jelas dan dapat dicapai oleh siapa saja yang berusaha mencarinya di bawah terang petunjuk Allah.

Implikasi Ayat Tentang Perbedaan Usaha

Inti dari rangkaian ayat ini, termasuk ayat 3 yang diawali dengan sumpah demi siang yang menyinari, adalah penegasan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas pilihannya. Allah menciptakan siang dan malam—keadaan suka dan duka, mudah dan sulit—sebagai medan ujian. Variasi kondisi ini kemudian menghasilkan variasi pula dalam amal perbuatan manusia.

Beberapa orang, seperti yang dijelaskan ayat selanjutnya, adalah orang yang berinfak di jalan Allah dan bertakwa (mereka yang menempuh jalan terang seperti siang). Sementara yang lain adalah orang yang kikir dan merasa cukup dengan dirinya sendiri (mereka yang mungkin tersesat dalam kegelapan hawa nafsu).

Ayat 3, dengan penekanannya pada siang yang menyinari, menjadi pengingat bahwa jalan kebaikan selalu terang dan tampak jelas, sebagaimana siang hari yang menyingkap segala sesuatu. Kegelapan sering kali diidentikkan dengan kesesatan, sementara cahaya disamakan dengan hidayah. Ketika Allah bersumpah dengan siang yang terang, Dia sedang menekankan bahwa petunjuk-Nya hadir secara nyata, dan hanya orang yang mau membuka mata (hati) yang akan melihatnya.

Pentingnya Kesadaran Akan Tanggung Jawab

Surah Al-Lail mengajak kita untuk introspeksi. Apakah kita termasuk golongan yang memanfaatkan cahaya petunjuk untuk beramal shaleh, atau justru menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah di bawah terang siang yang adil?

Setiap tetes keringat, setiap langkah menuju kebaikan, dan setiap pengorbanan yang dilakukan di dunia ini akan mendapatkan balasan setimpal. Tidak ada usaha yang sia-sia di sisi-Nya. Lafal-lafal agung dalam Surah Al-Lail, dimulai dari sumpah demi malam dan siang yang jelas pada ayat 3, adalah fondasi keyakinan bahwa keadilan ilahi akan terwujud sempurna, di mana jalan yang terang (ketaatan) akan berbuah kebahagiaan abadi, dan jalan yang gelap (kemaksiatan) akan berujung pada kerugian besar.

Dengan memahami ayat-ayat ini, umat Islam didorong untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan, menjadikan siang dan malam sebagai ladang pahala, dan menjalani hidup dengan kesadaran penuh bahwa segala amal akan diperhitungkan di hadapan Sang Pencipta.

🏠 Homepage