Salah satu malam paling agung dalam kalender Hijriah adalah malam turunnya Al-Qur'an, yang dikenal sebagai Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan). Keagungannya dijelaskan secara ringkas namun padat dalam Surah Al-Qadr. Memahami tiga ayat pertamanya memberikan jendela terhadap betapa dahsyatnya momen spiritual ini.
Berikut adalah bunyi teks asli (Arab) beserta terjemahannya untuk tiga ayat pertama Surah Al-Qadr:
Ayat 1: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan.
Ayat 2: Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Ayat 3: Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
Ayat pertama, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan," langsung menetapkan tema utama. Kata "Kami" merujuk kepada Allah SWT, menunjukkan kebesaran dan kehendak mutlak-Nya dalam menetapkan waktu istimewa ini. "Menurunkannya" merujuk pada permulaan turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, yang terjadi secara bertahap selama 23 tahun, dimulai pada malam yang mulia ini. Ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kalam ilahi yang diturunkan pada waktu yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta.
Pemilihan kata "Lailatul Qadr" (Malam Kemuliaan/Ketentuan) sendiri mengisyaratkan dua makna utama: pertama, malam ini penuh kemuliaan dan keberkahan yang luar biasa. Kedua, malam ini adalah malam penetapan takdir tahunan (ketentuan rezeki, ajal, dan urusan lainnya) yang akan berlaku hingga Lailatul Qadar tahun berikutnya.
Ayat kedua berbunyi, "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?" Pertanyaan retoris ini sangat kuat. Seolah-olah Allah SWT menantang pemahaman manusia. Mengapa perlu ditanyakan jika kemuliaannya sudah jelas? Tujuannya adalah untuk meningkatkan fokus dan kesadaran pembaca. Pertanyaan ini memaksa seorang mukmin untuk berhenti sejenak dari kesibukannya dan merenungkan betapa dahsyatnya malam yang dimaksud, yang bahkan pengetahuan mengenainya memerlukan penekanan khusus.
Dalam konteks yang lebih luas, ini menunjukkan bahwa hakikat Lailatul Qadar, meskipun secara spesifik telah dijanjikan, tetaplah memiliki elemen misteri yang hanya Allah yang mengetahui secara penuh. Misteri ini mendorong umat Islam untuk menghidupkan seluruh malam-malam yang mungkin mengandung Lailatul Qadar, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan, agar tidak melewatkan peluang emas tersebut.
Puncak keagungan ini terungkap dalam ayat ketiga: "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." Perbandingan ini memberikan skala kemuliaan yang melampaui akal sehat manusia. Seribu bulan setara dengan kurang lebih 83 tahun. Jika seseorang beribadah sepanjang hidupnya (83 tahun penuh) namun amal ibadahnya tidak mencapai kualitas ibadah yang dilakukan pada satu malam Lailatul Qadar, maka ia masih belum menandingi keutamaan malam tersebut.
Keutamaan ini bukan hanya terletak pada durasi waktu, melainkan pada kualitas ibadah yang dilakukan. Pada malam ini, pahala amal ibadah dilipatgandakan secara eksponensial. Di malam inilah para malaikat turun berbondong-bondong membawa rahmat dan ketenangan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
Memahami surah al qadr ayat 1 3 memberikan dorongan kuat untuk meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadhan. Fokus utama kita seharusnya adalah:
Keagungan yang dipaparkan dalam tiga ayat pembuka Surah Al-Qadr ini berfungsi sebagai pengingat abadi akan rahmat Allah yang tak terbatas, dan bagaimana kemuliaan sejati dapat ditemukan dalam ketaatan yang dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.