Ketika mempelajari Al-Qur'an, setiap ayat membawa hikmah dan konteks sejarah yang mendalam. Salah satu surah yang kaya akan kisah mukjizat dan pertolongan Allah SWT adalah Surah Al-Fil (Surah Gajah). Fokus utama pembahasan ini adalah pada surah alfil ayat ke 3 adalah, sebuah ayat yang menyoroti cara Allah memusnahkan rencana jahat para penyerang Ka'bah.
Untuk memahami kedalaman makna surah alfil ayat ke 3 adalah, kita harus kembali ke peristiwa besar yang melatarbelakanginya. Peristiwa ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun yang kemudian dikenal sebagai 'Amul Fil (Tahun Gajah). Abu Lahab, seorang pemimpin suku Quraisy, merasa terancam dengan meningkatnya pengaruh Ka'bah sebagai pusat ibadah. Namun, ancaman terbesar datang dari Yaman, yang saat itu dipimpin oleh seorang Raja Kristen bernama Abrahah bin Ash-Shabbah.
Abrahah membangun gereja besar (disebut Qullais) di Shan'a, Yaman, dengan tujuan mengalihkan pusat ibadah bangsa Arab dari Ka'bah ke gerejanya. Ketika upayanya gagal menarik banyak orang, Abrahah murka dan memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah di Makkah dengan kekuatan militer terbesar yang pernah ada saat itu, lengkap dengan pasukan bergajah yang megah.
Ayat pertama hingga kedua Surah Al-Fil menceritakan tentang pasukan besar Abrahah dan bagaimana Allah membangkitkan rencana-Nya. Kemudian, surah alfil ayat ke 3 adalah menyajikan klimaks spiritual dari kisah tersebut: "Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka sia-sia?".
Ayat ini adalah sebuah pertanyaan retoris yang sangat kuat. Pertanyaan ini tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya sudah jelas: Ya, Allah telah menggagalkan total rencana jahat mereka. Kata "Kaidahum" (tipu daya mereka) merujuk pada strategi militer, perencanaan serangan, dan ambisi Abrahah untuk menghancurkan simbol Tauhid tertua di muka bumi.
Kata "Tadlil" (sia-sia atau menyesatkan) menunjukkan bahwa bukan hanya rencana militer mereka gagal, tetapi keseluruhan tujuan dan misi mereka menjadi kacau balau dan tidak menghasilkan apa-apa selain kehancuran bagi mereka sendiri. Allah tidak hanya menghentikan pasukan tersebut, tetapi Ia membalikkan strategi mereka menjadi kegagalan total. Mereka datang untuk menghancurkan, namun justru pulang dalam keadaan hancur luluh.
Konteks surah alfil ayat ke 3 adalah sangat erat kaitannya dengan ayat 4 dan 5 yang menjelaskan bagaimana kesia-siaan itu terjadi. Allah mengirimkan pasukan burung Ababil (makhluk kecil yang secara statistik tidak mungkin bisa mengalahkan pasukan gajah yang bersenjata lengkap) yang melemparkan batu dari tanah yang dibakar (Sijjil).
Ayat 3 berfungsi sebagai jembatan logis; ia menegaskan bahwa intervensi ilahi telah terjadi. Sebelum menjelaskan alat atau mekanisme pertolongan (burung Ababil), Al-Qur'an menekankan hasil akhirnya: kegagalan total musuh. Ini memberikan penegasan kepada kaum Muslimin bahwa kekuatan materi dan jumlah yang besar tidak berarti apa-apa di hadapan kehendak dan pertolongan Allah.
Kisah ini mengajarkan beberapa prinsip penting bagi umat Islam. Pertama, pentingnya memelihara tempat-tempat suci (seperti Ka'bah) sebagai pusat spiritual. Kedua, ayat ini adalah janji abadi bahwa Allah akan melindungi rumah-Nya dan ajaran-Nya dari tipu daya musuh, sekecil apa pun umat Islam saat itu.
Bagi kaum Quraisy, peristiwa ini menjadi bukti kenabian Muhammad SAW yang lahir tepat setelah mukjizat tersebut, yang menandakan bahwa Allah sedang mempersiapkan bumi untuk menyambut risalah beliau. Surah Al-Fil, khususnya melalui surah alfil ayat ke 3 adalah, menjadi pengingat historis yang monumental tentang superioritas kehendak Ilahi atas kekuatan duniawi manapun.
Oleh karena itu, ayat ini bukan sekadar narasi masa lalu, melainkan sebuah deklarasi abadi bahwa segala upaya yang ditujukan untuk merusak kebenaran pada akhirnya akan kembali menjadi debu tak berarti di hadapan kuasa Sang Pencipta.