Kisah Perkasa Surah Al-Fil

Surah Al-Fil, atau "Tentara Gajah," adalah surah ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Meskipun terdiri hanya dari lima ayat pendek, surah ini menyimpan kisah dramatis tentang pemeliharaan Allah terhadap Ka'bah di Mekkah dari upaya penghancuran oleh pasukan besar yang dipimpin oleh seorang raja Yaman yang sombong. Memahami Surah Al-Fil dan artinya sangat penting untuk mengapresiasi bagaimana kekuatan terbesar pun dapat dihancurkan oleh kehendak Ilahi.

Representasi visual metaforis dari burung yang membawa batu Tentara Hancur

Ilustrasi metaforis dari peristiwa penghancuran pasukan gajah.

Teks dan Terjemahan Surah Al-Fil

Berikut adalah teks lengkap Surah Al-Fil beserta transliterasi dan artinya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Alam tara kayfa fa'ala rabbuka biash-haabil fiil?

1. Tidakkah kamu (Muhammad) perhatikan, bagaimana Tuhanmu telah membinasakan pasukan bergajah?

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
Alam yaj'al kaidahum fii tadliil?

2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
Wa arsala 'alaihim thairan abaabiil?

3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong,

تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ
Tarmiihim bihijaaratim min sijjiil?

4. (Yang) melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang keras.

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ
Faja'alahum ka'ashfim ma'kuul?

5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (hama).

Latar Belakang Historis: Kisah Raja Abrahah

Kisah ini berpusat pada Abrahah bin Ash-Shabah, seorang raja beragama Kristen yang menguasai Yaman (saat itu dikenal sebagai Abyssinia atau Ethiopia). Abrahah merasa iri melihat kemakmuran Mekkah yang disebabkan oleh banyaknya orang Arab yang melakukan ibadah haji ke Ka'bah. Dengan ambisi besar dan kesombongan yang meluap, ia bertekad menghancurkan Ka'bah agar pusat peribadatan beralih ke gereja besar (Qullais) yang ia bangun di Sana'a.

Untuk melaksanakan niatnya, Abrahah mengerahkan pasukan besar yang dilengkapi dengan gajah perkasa. Gajah merupakan simbol kekuatan militer yang menakutkan pada masa itu. Pasukan ini bergerak perlahan menuju Mekkah, mengguncang gurun dengan kehadiran mereka. Ketika pasukan ini mendekati lembah Mekkah, para pemimpin Quraisy dan penduduk setempat merasa tidak berdaya. Mereka melarikan diri ke perbukitan, menyadari bahwa perlawanan fisik mustahil dilakukan.

Campur Tangan Ilahi dan Pelajaran Penting

Ketika Abrahah dan pasukannya bersiap menyerang Ka'bah, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tak terduga. Ayat ketiga menjelaskan kedatangan "Thairan Abaabil"—burung-burung yang datang dalam kelompok besar, seolah-olah mengepung langit.

Burung-burung ini membawa batu-batu kecil yang keras—dijelaskan sebagai hijaaratun min sijjiil. Batu-batu ini bukan sekadar kerikil biasa, melainkan batu dari tanah liat yang telah dibakar atau dikeraskan (sebagaimana ditafsirkan oleh para mufassir). Setiap burung membawa satu batu di paruhnya dan dua batu di kedua kakinya, lalu menjatuhkannya tepat sasaran.

Efeknya sungguh dahsyat. Batu-batu kecil tersebut memiliki daya hancur yang luar biasa, menembus tubuh gajah maupun prajurit, menghancurkan mereka hingga berkeping-keping dan menjadi tumpukan abu. Pasukan besar yang mengandalkan kekuatan materi dan persenjataan termutakhir musnah seketika.

Ayat penutup, "Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (hama)," menggambarkan kehancuran total dan cepat tersebut. Mereka yang tadinya besar dan gagah kini menjadi tidak berarti, seperti daun kering yang remuk tak bersisa setelah digerogoti serangga.

Makna Keimanan dan Kesimpulan

Surah Al-Fil adalah peringatan tegas bahwa kesombongan dan kekuatan materi tidak ada artinya di hadapan kekuasaan mutlak Allah. Peristiwa ini terjadi sekitar lima puluh hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan menjadi salah satu mukjizat besar yang menguatkan posisi Ka'bah sebagai Baitullah (Rumah Allah) yang dijaga oleh Rabbul 'Alamin (Tuhan Semesta Alam).

Bagi umat Islam, surah ini mengajarkan prinsip utama: jangan pernah meremehkan pertolongan Allah, betapapun kecilnya sarana yang digunakan-Nya (seperti seekor burung kecil). Sebaliknya, kesombongan yang didasari oleh kebanggaan atas harta atau kekuasaan akan berujung pada kehancuran yang memalukan, sebagaimana yang dialami oleh pasukan gajah Abrahah.

Pengulangan pertanyaan retoris di awal surah ("Tidakkah kamu perhatikan?") bertujuan untuk menyadarkan setiap pembaca akan kebenaran dan kebesaran kuasa Allah SWT yang telah terbukti nyata dalam sejarah peradaban manusia.

🏠 Homepage