Ilustrasi simbolis peristiwa pasukan gajah yang digagalkan oleh burung Ababil.
Salah satu pertanyaan menarik dalam studi keislaman adalah mengenai kronologi turunnya surah-surah Al-Qur'an. Al-Qur'an tidak disusun berdasarkan urutan turunnya, melainkan disusun berdasarkan ketetapan Allah SWT yang diajarkan kepada Rasulullah SAW melalui Jibril. Oleh karena itu, untuk mengetahui posisi Surah Alfil (Surah ke-105), kita perlu merujuk pada ilmu Asbabul Nuzul (sebab-sebab turunnya wahyu) dan urutan mushaf.
Pertanyaan spesifik, "surah alfil diturunkan sesudah surat apa?", merujuk pada konteks waktu pewahyuan, bukan urutan dalam mushaf standar saat ini. Dalam mushaf Utsmani yang kita gunakan hari ini, Surah Alfil diletakkan setelah Surah Quraisy dan sebelum Surah Al-Mumtahanah.
Surah Alfil adalah surah pendek yang menceritakan peristiwa besar yang dikenal sebagai 'Amul Fil' (Tahun Gajah). Peristiwa ini terjadi beberapa saat sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kisah ini melibatkan Abrahah, penguasa Yaman dari suku Lakhmid, yang berniat menghancurkan Ka'bah di Mekkah karena ia cemburu dengan kemuliaan Ka'bah dan ingin mengalihkan pusat ibadah ke gereja besar (Al-Qullais) yang ia bangun di Yaman. Abrahah datang membawa pasukan besar termasuk gajah-gajah perang yang besar.
Allah SWT melindungi rumah-Nya dengan mengirimkan burung-burung Ababil yang membawa batu-batu dari tanah liat yang keras (sijjil), yang kemudian menghancurkan pasukan Abrahah hingga luluh lantak. Peristiwa heroik ini menjadi tanda kenabian Muhammad SAW dan kemuliaan Mekkah.
Mengenai urutan turunnya surah, para ulama tafsir memiliki pandangan yang berbeda-beda, terutama antara surah Makkiyah dan Madaniyah. Surah Alfil secara umum diklasifikasikan sebagai surah Makkiyah, yang berarti diturunkan sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Namun, perlu ditekankan bahwa klasifikasi ini sering kali berdasarkan tema, bukan urutan waktu yang pasti.
Berdasarkan riwayat yang paling kuat mengenai Asbabul Nuzul, Surah Alfil diturunkan untuk memberikan kabar gembira atau perlindungan kepada kaum Quraisy terkait peristiwa besar yang baru saja mereka alami (atau yang akan menjadi latar belakang kenabian Rasulullah SAW). Oleh karena itu, banyak ulama berpendapat bahwa Alfil termasuk surah awal Makkiyah.
Jika kita melihat Surah Quraisy (Surah ke-106), surah ini secara tematik berkaitan erat dengan Alfil, membahas perlindungan dan kemudahan rezeki bagi kaum Quraisy setelah peristiwa gajah tersebut. Dalam banyak penafsiran, Alfil diturunkan sebelum Surah Quraisy, sebagai penyebab adanya jaminan keamanan yang kemudian dibahas di Surah Quraisy.
Penting untuk membedakan antara dua urutan ini. Urutan mushaf saat ini (yang dimulai dari Al-Fatihah) adalah urutan tawqifi, yakni ditetapkan langsung oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW, bukan berdasarkan kronologi turunnya. Surah Alfil berada di urutan ke-105 dalam mushaf standar. Sementara itu, urutan pewahyuan menunjukkan bahwa surah-surah Makkiyah awal cenderung membahas tauhid dan akidah, sedangkan surah Madaniyah membahas hukum dan tata kelola masyarakat.
Jadi, menjawab pertanyaan utama: dalam konteks pewahyuan, Surah Alfil termasuk surah Makkiyah awal. Jika kita menelusuri rangkaian peristiwa, Surah Alfil membahas peristiwa Gajah, yang menjadi latar belakang kemuliaan Mekkah. Surah ini sangat erat kaitannya dengan Surah Quraisy yang menjelaskan dampak keamanan dan kesejahteraan setelah peristiwa tersebut. Oleh karena itu, secara tematik dan historis, Alfil mendahului Quraisy, meskipun dalam urutan mushaf saat ini, keduanya bersebelahan.
Memahami urutan ini membantu kita menghargai bagaimana Allah SWT mempersiapkan wahyu-Nya, memberikan kisah-kisah perlindungan ilahi tepat pada momentum yang relevan bagi perkembangan dakwah Islam di Mekkah.