NUR Ilustrasi Perlindungan dan Cahaya Surah Al-Kahfi

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi

Pengantar Surah Al-Kahfi

Surah Al-Kahfi (Gua) adalah surah ke-18 dalam urutan Mushaf Al-Qur'an yang terdiri dari 110 ayat. Surah ini sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada hari Jumat, karena mengandung kisah-kisah penuh hikmah dan peringatan penting mengenai cobaan duniawi, termasuk fitnah Dajjal, kekayaan, ilmu, dan kekuasaan. Fokus utama surah ini adalah pengingat bahwa segala puji hanya milik Allah SWT, dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan.

Bagian awal Surah Al-Kahfi, yaitu ayat 1 hingga 10, berfungsi sebagai pembuka yang menegaskan keagungan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan peringatan.

Surah Al-Kahfi Ayat 1 - 10

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا ۜ

(1) Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak menjadikan di dalamnya kebengkokan (sedikit pun).

قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

(2) (Kitab itu) lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat keras dari sisi-Nya, dan untuk memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang baik.

مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا

(3) Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا

(4) Dan untuk memberikan peringatan kepada orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak."

مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا

(5) Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula bapak-bapak mereka. Alangkah buruknya kalimat yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

(6) Maka (sekaang) boleh jadi kamu akan membinasakan dirimu karena bersedih hati terhadap jejak mereka, jika mereka tidak beriman kepada keterangan ini.

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

(7) Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.

وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا

(8) Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan apa yang ada di atasnya (bumi) sebagai tanah yang tandus.

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا

(9) Apakah kamu mengira bahwa orang-orang Ashabul Kahfi dan Ar-Raqim itu adalah suatu keajaiban di antara tanda-tanda kekuasaan Kami?

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

(10) (Ingatlah) ketika para pemuda itu mencari perlindungan ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini."

Makna Penting Ayat 1-10

Ayat-ayat pembuka ini langsung menetapkan kedudukan Al-Qur'an sebagai kitab yang sempurna dan lurus, tanpa cacat. Allah menegaskan bahwa kitab ini diturunkan untuk memberikan dua fungsi utama: peringatan keras (ancaman) bagi mereka yang menolak kebenaran dan kabar gembira bagi orang-orang beriman yang beramal saleh. Ayat 7 sangat fundamental, mengingatkan bahwa seluruh kemewahan duniawi hanyalah ujian sementara untuk melihat kualitas amal perbuatan manusia. Ayat 10 menjadi doa teladan, memohon rahmat dan petunjuk lurus ketika menghadapi kesulitan atau fitnah (seperti yang dialami para pemuda Ashabul Kahfi).

Surah Al-Kahfi Ayat 100 - 110 (Penutup)

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

(100) Dan (ingatlah) hari ketika Kami perintahkan gunung-gunung, lalu kamu akan melihat bumi datar dan Kami kumpulkan mereka (manusia) dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.

وَعُرِضُوا عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا

(101) Dan mereka semua akan dikemukakan kepada Tuhanmu dalam barisan (teratur seragam), lalu (Allah berfirman): "Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada pertama kali; tetapi kamu mengira bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu suatu waktu (untuk pembalasan)."

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

(102) Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa itu ketakutan akan (isi) kitab itu, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar melainkan ia mencatat semuanya?" Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan (tertulis), dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا

(103) Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Ia berkata: "Apakah aku akan bersujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"

قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَٰذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَكْتَنِزَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا

(104) (Iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku, apakah祂 yang Engkau muliakan ini lebih utama daripadaku? Jika Engkau tunda (pemusnahanku) sampai hari kiamat, niscaya akan kusejakatlah keturunannya, kecuali sedikit.

قَالَ اذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الدُّنْيَا أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ ۖ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلِفَهُ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ إِلَٰهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ مُعْتَكِفًا ۖ لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَسْفَعَنَّهُ فِي الْبَحْرِ

(105) Allah berfirman: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu pada hari ini (di dunia) kamu berkata: 'Janganlah kamu menyentuh (siapa pun)!' Dan sesungguhnya bagimu (di akhirat) suatu waktu (azab) yang sekali-kali tidak dapat kamu hindari. Dan lihatlah ilahmu yang telah kamu sembah yang tetap kamu bakar; sungguh, kami akan membakarnya kemudian kami akan membuatnya debu yang dihamburkan ke laut."

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

(106) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, apabila mereka diperingatkan dengannya, mereka jatuh bersujud dan bertasbih memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri.

فَإِنْ أَنْكَرُوا فَقُلْ رَبِّي وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ وَلَا يُحِيطُ بِهِ جُرْمُ الْمُجْرِمِينَ

(107) Maka, jika mereka mendustakanmu, katakanlah: "Tuhanmu Maha Luas Ampunannya dan siksa-Nya tidak akan terhindarkan dari orang-orang yang berdosa itu."

وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا

(108) Dan mereka bertanya kepadamu tentang Zulkarnain. Katakanlah: "Akan kubacakan kepadamu satu kisah tentang dia."

إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا

(109) Sesungguhnya Kami telah memberikan kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا

(110) Sehingga apabila dia telah sampai di tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam mata air yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di sana segolongan umat. Allah berfirman: "Hai Zulkarnain, kamu boleh menghukum (mereka) atau kamu boleh berbuat baik kepada mereka."

Refleksi Ayat 100-110

Ayat-ayat penutup ini membawa kita pada gambaran Hari Kiamat yang dahsyat (ayat 100-102), di mana tidak ada satu pun amal perbuatan—sekecil apa pun—yang terlewat dari catatan, dan manusia akan mempertanggungjawabkan semuanya tanpa kezaliman dari Tuhan. Kemudian, Allah mengingatkan kisah perseteruan fundamental antara ketaatan (Adam dan Malaikat) melawan kesombongan (Iblis).

Kontras antara kesombongan Iblis yang menolak bersujud dan kerendahan hati orang beriman yang langsung bersujud ketika diingatkan ayat-ayat Allah (ayat 106) adalah pelajaran sentral. Ayat terakhir (108-110) memperkenalkan kisah Zulkarnain, seorang penguasa kuat yang diberi kekuasaan dan ilmu. Kisah ini mengajarkan bahwa kekuatan dan kekuasaan adalah sarana ujian. Bagaimana seseorang menggunakan kekuasaan tersebut—untuk menghukum dengan adil atau berbuat baik—menentukan kualitas amal mereka di hadapan Allah, menghubungkan kembali tema besar surah tentang ujian duniawi.

🏠 Homepage