Surah Al-Kahf adalah surah yang kaya akan pelajaran, terutama dalam menghadapi fitnah duniawi dan akhirat. Sepuluh ayat terakhirnya, khususnya ayat 100 hingga 110, merupakan penutup yang kuat, merangkum konsekuensi dari pilihan hidup yang diambil manusia berdasarkan kabar gembira dan ancaman yang telah disampaikan sebelumnya.
Ayat-ayat ini secara spesifik membahas kondisi orang-orang kafir dan orang-orang yang beriman ketika dihadapkan pada hari kiamat dan neraka Jahanam. Tema utama adalah perbandingan kontras antara kekayaan duniawi yang fana dan balasan abadi di sisi Allah SWT.
Ilustrasi Kontras Dunia dan Akhirat
Ayat-ayat ini memulai dengan menggambarkan nasib orang-orang yang memilih kekufuran dan penolakan terhadap ayat-ayat Allah.
وَنَعْرِضُ عَلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَنجَعَلُهُ هَبَاءً مَّنثُورًا
(QS. Al-Kahf: 100) Dan Kami hadapkan kepada apa yang telah mereka kerjakan, lalu Kami jadikan ia debu yang bertebaran.
Di sini, semua usaha dan amal yang dilakukan orang-orang kafir di dunia, meskipun tampak besar, akan hilang tak berarti di hadapan timbangan akhirat.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
(QS. Al-Kahf: 101) Mereka itulah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan pertemuan dengan-Nya, maka hapuslah amal perbuatan mereka; dan Kami tidak memberikan penimbangan bagi mereka pada hari kiamat.
Ketiadaan "timbangan" (ميزان) bagi mereka menandakan bahwa amal mereka tidak memiliki bobot kebaikan sama sekali karena landasan keyakinan (tauhid) yang tidak ada.
Neraka Jahanam ditetapkan sebagai tempat kembali (ma’wa) yang mengerikan bagi mereka yang menolak kebenaran.
ذَٰلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا
(QS. Al-Kahf: 102) Itulah balasan mereka, Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan karena mereka telah menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
Poin penting di sini adalah bahwa balasan tersebut setimpal dengan dosa mereka: penolakan dan pengolok-olokan terhadap wahyu Ilahi.
Kemudian, Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan dunia adalah puncak kebahagiaan, patut menerima balasan tersebut.
(QS. Al-Kahf: 104) Katakanlah: "Apakah kamu mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya dalam kehidupan dunia ini?" Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang paling sesat dalam pemikiran.
Setelah menjelaskan nasib orang kafir, Allah beralih memberikan kabar gembira bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Ini adalah janji manis yang menjadi motivasi terbesar seorang mukmin.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
(QS. Al-Kahf: 107) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka akan mendapat Surga Firdaus sebagai tempat tinggal.
Surga Firdaus disebutkan sebagai nuzulan (tempat persinggahan/jamuan kehormatan). Kunci utamanya adalah iman yang diikuti dengan amal saleh yang konsisten.
Mereka kekal di dalamnya tanpa keinginan untuk berpindah (Ayat 108), sebuah kontras total dengan kenikmatan dunia yang selalu menuntut penambahan dan perpindahan.
Ayat 108 menegaskan keabadian kenikmatan di surga, berbeda dengan dunia yang pasti akan sirna.
Ayat 109 berfungsi sebagai penutup bahasan tentang Al-Qur'an secara umum, menekankan bahwa jika lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi pena, mereka tidak akan mampu menuliskan seluruh ilmu dan kebesaran Allah.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
(QS. Al-Kahf: 110) Katakanlah: "Bahwasanya Aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diberi wahyu, bahwasanya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Maha Esa. Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam ibadah kepada Tuhannya."
Ayat 110 ini adalah puncak dari ajaran Surah Al-Kahf. Rasulullah SAW menegaskan sifat kemanusiaannya, namun membawa wahyu terpenting: tauhid (keesaan Allah). Untuk mencapai perjumpaan dengan Tuhan (al-Liqa'), formula amalannya sangat jelas: **Amal saleh yang murni tanpa kesyirikan (ikhlas)**. Ini adalah fondasi keselamatan yang ditekankan berkali-kali dalam keseluruhan surah.