Pertanyaan mengenai urutan surah dalam Al-Qur'an sering kali menimbulkan kebingungan antara dua kategori urutan: **urutan pewahyuan (nuzul)** dan **urutan penulisan (tartib mushaf)**. Ketika kita membahas **surah sesudah Al-Lail**, kita harus mengklarifikasi konteks mana yang dimaksud.
Memahami Urutan Mushaf Standar
Dalam mushaf Al-Qur'an yang kita pegang dan baca sehari-hari, susunan surah telah ditetapkan melalui ketetapan (tawqifi) dari Rasulullah Muhammad SAW, berdasarkan petunjuk Jibril AS. Berdasarkan urutan standar mushaf ini, **Surah Al-Lail (Surah ke-92)** didahului oleh Surah Asy-Syams (ke-91) dan diikuti oleh **Surah Al-Fajr (Surah ke-89)**. Tunggu sebentar, ini menarik.
Jika kita melihat urutan mushaf dari awal hingga akhir, setelah Al-Lail (92), surah berikutnya adalah Surah At-Takatsur (93), kemudian Al-Qari'ah (94), dan seterusnya. Namun, secara numerik, Surah Al-Fajr (89) berada sebelum Al-Lail (92) dalam urutan mushaf. Ini menunjukkan bahwa pembahasan "surah sesudah Al-Lail" paling relevan jika merujuk pada urutan penulisan dalam Al-Qur'an cetak modern.
Dalam konteks urutan mushaf standar (tartib mushaf):
- Surah sebelum Al-Lail (92) adalah Surah Asy-Syams (91).
- Surah sesudah Al-Lail (92) adalah Surah At-Takatsur (93).
Surah At-Takatsur: Penerus Al-Lail dalam Mushaf
Surah At-Takatsur memiliki tiga ayat pendek namun sangat padat makna. Setelah membahas tentang upaya manusia yang terdistraksi oleh harta dan persaingan duniawi dalam Al-Lail, Surah At-Takatsur melanjutkan tema peringatan akan hari akhir.
Secara umum, Surah Al-Lail (tentang malam yang menyelimuti dan perbedaan amal antara orang yang memberi dan orang yang kikir) memberikan landasan tentang pertanggungjawaban pribadi. Kemudian, At-Takatsur (bermegah-megahan) menyoroti sumber utama kelalaian tersebut—yaitu perlombaan duniawi yang tak berujung.
Ayat-ayatnya berbunyi:
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu mengunjungi kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)."
Kontras antara malam (Al-Lail), yang sering diasosiasikan dengan introspeksi dan ketenangan, dengan hiruk pikuk kesibukan mencari kemewahan dunia (At-Takatsur), menciptakan rangkaian pelajaran moral yang saling menguatkan dalam juz amma.
Perbedaan dengan Urutan Pewahyuan (Nuzul)
Sangat penting untuk membedakan ini dari urutan pewahyuan. Ilmuwan telah menyusun perkiraan tentang kapan surah diturunkan. Dalam urutan pewahyuan awal di Mekkah, Surah Al-Lail termasuk surah yang relatif belakangan di periode Mekkah.
Jika kita merujuk pada daftar yang disusun oleh para sejarawan berdasarkan urutan turunnya wahyu, surah yang turun sesaat setelah Al-Lail mungkin adalah surah lain yang juga turun di periode Mekkah akhir. Misalnya, beberapa daftar menunjukkan bahwa setelah Al-Lail, turunlah Surah Al-Adiyat atau bahkan Al-Qiyamah, tergantung pada metodologi perhitungan yang digunakan oleh ulama tafsir dan sirah.
Namun, perlu ditekankan bahwa urutan pewahyuan ini bersifat ijtihadi (berdasarkan hasil penelitian) dan tidak memiliki kekakuan hukum seperti urutan mushaf. Oleh karena itu, ketika seorang Muslim mencari surah yang secara formal "mengikuti" Al-Lail, jawabannya harus selalu mengacu pada urutan yang telah disepakati dalam Al-Qur'an yang kita pegang: **At-Takatsur**.
Signifikansi Penempatan Surah
Penempatan surah dalam Al-Qur'an bukanlah kebetulan. Para ulama menjelaskan bahwa ada kaitan tematik yang erat antar surah yang berdekatan, meskipun urutannya mungkin tidak kronologis berdasarkan turunnya wahyu. Surah Al-Lail membahas tentang keadilan ilahi yang membalas amal perbuatan manusia, baik yang dermawan maupun yang bakhil. Kemudian, At-Takatsur memberikan diagnosis mengapa banyak manusia lalai untuk beramal shaleh—yaitu karena terjerumus dalam obsesi akumulasi kekayaan.
Rangkaian ini mendorong pembaca untuk berhenti sejenak dari perlombaan duniawi dan merenungkan tujuan akhir yang dijanjikan (atau diancamkan) di akhir Surah At-Takatsur. Kesadaran ini harus muncul setelah refleksi mendalam yang mungkin ditimbulkan oleh kontemplasi malam hari yang disinggung dalam Surah Al-Lail.
Kesimpulannya, meskipun urutan pewahyuan menawarkan perspektif historis yang menarik, **surah yang secara resmi dan universal diakui sebagai surah sesudah Al-Lail dalam Mushaf Al-Qur'an adalah Surah At-Takatsur (Surah ke-93)**. Mempelajari kedua surah ini secara berurutan memberikan panduan spiritual yang kuat mengenai prioritas hidup seorang Muslim.