Kisah Kehancuran Pasukan Gajah oleh Burung-burung dari Langit
Kisah mengenai Surat Al-Ababil merujuk pada peristiwa yang diabadikan dalam Surah Al-Fil (Gajah) dalam Al-Qur'an. Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat nyata yang terjadi di Mekkah, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Kisah ini menceritakan tentang upaya Raja Abrahah, penguasa Yaman dari kekhalifahan Kindah, untuk menghancurkan Ka'bah di Mekkah. Abrahah merasa iri melihat kemakmuran kota suci tersebut yang didukung oleh Baitullah (Ka'bah) dan ingin mengalihkan pusat ibadah ke gereja megah yang baru ia bangun di Yaman.
Untuk melaksanakan niat buruknya, Abrahah membawa pasukan besar yang dilengkapi dengan gajah-gajah perkasa. Namun, ketika pasukan tersebut tiba di lembah Mekkah, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tak terduga, yaitu kawanan burung yang dikenal sebagai Ababil. Burung-burung kecil ini datang membawa batu-batu panas dari neraka (Sijjil) dan menghancurkan seluruh pasukan gajah hingga tak bersisa. Peristiwa ini menjadi bukti kebesaran Allah dan pemeliharaan-Nya terhadap rumah-Nya, Ka'bah.
Surah Al-Fil terdiri dari lima ayat pendek, namun sarat akan makna keagungan Allah.
Tahukah kamu, bagaimana Tuhanmu telah melakukan terhadap (kaum) pemilik gajah?
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang bergelombang (secara berbaris, dari segala penjuru),
Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang keras (terbakar).
Sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (oleh binatang ternak).
Surah ini berfungsi sebagai peringatan keras bagi siapa pun yang berniat merusak kesucian tempat suci atau menentang kehendak Allah. Ayat pertama, "Tahukah kamu...", adalah cara retoris yang digunakan Al-Qur'an untuk menarik perhatian penuh pendengar pada sebuah peristiwa luar biasa. Peristiwa ini sangat terkenal di kalangan bangsa Arab saat itu sehingga tahun kejadiannya dikenal sebagai 'Amul Fil (Tahun Gajah), dan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW terjadi pada tahun yang sama.
Poin krusial lainnya terletak pada ayat ketiga dan keempat, yang menggambarkan mekanisme pertolongan Allah. Kata "Ababil" sering diartikan sebagai datang secara berkelompok-kelompok, bergelombang, atau dari berbagai penjuru, menunjukkan strategi penyerangan yang terorganisir oleh makhluk kecil ciptaan-Nya. Batu yang dilemparkan adalah "hajarah min sijjiil". Sijjil diartikan sebagai tanah liat yang dibakar keras di neraka, menjadikannya proyektil yang mematikan.
Puncak kisah ini terdapat pada ayat penutup: "Fa ja'alahum ka'asfin ma'kool" (Sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan). Metafora ini sangat kuat. Pasukan besar, simbol kekuatan materi dan militer yang mengerikan, hancur berkeping-keping, menjadi tak berarti seperti sisa-sisa makanan kering yang telah dikunyah dan dibuang. Kekuatan fisik tak berarti apa-apa di hadapan kekuatan ilahi.
Kisah ini menggarisbawahi prinsip fundamental tauhid: bahwa Allah adalah pelindung Ka'bah dan agama-Nya. Bagi umat Islam, Surat Al-Fil bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga janji bahwa siapa pun yang datang dengan niat jahat terhadap rumah Allah, pasti akan dibalas dengan kehancuran yang tak terduga, seringkali melalui cara yang paling sederhana dan tak terduga. Kehancuran pasukan Abrahah memastikan bahwa Mekkah dan ibadah di dalamnya tetap terlindungi hingga masa kerasulan Nabi Muhammad SAW tiba.