Memahami Ayat Ketiga Al-Fatihah

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ (Ar-Rahmaanir-Rahiim)

Bunyi Surat Al Fatihah Ayat 3

Surat Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan", adalah surah pertama dalam Al-Qur'an dan merupakan inti dari shalat umat Islam. Setiap ayatnya memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Untuk memahami fondasi pengabdian kita, kita perlu mengetahui dengan tepat **surat al fatihah ayat 3 berbunyi**.

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Ar-Rahmaanir-Rahiim (Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang).

Ayat ketiga ini adalah penegasan langsung dari sifat Allah SWT yang Maha Luas rahmat-Nya. Setelah sebelumnya kita memuji Allah sebagai Rabbul 'Alamin (Tuhan semesta alam) dan memuji-Nya sebagai Ar-Rahman (Maha Pengasih), ayat ini menegaskan lagi aspek kasih sayang-Nya yang tak terbatas melalui penyebutan 'Ar-Rahiim'.

Mengapa dua kata berbeda digunakan untuk kasih sayang?

Dalam kaidah bahasa Arab klasik, seringkali terdapat perbedaan nuansa antara dua kata yang tampaknya memiliki arti serupa. 'Ar-Rahman' (الرَّحْمَٰنِ) umumnya merujuk pada kasih sayang Allah yang universal dan mencakup seluruh makhluk-Nya di dunia ini—baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Kasih sayang ini berupa pemberian rezeki, kesehatan, dan kesempatan hidup.

Sementara itu, 'Ar-Rahiim' (الرَّحِيمِ) sering diartikan sebagai kasih sayang Allah yang lebih spesifik, yang dikhususkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Ini adalah rahmat khusus berupa bimbingan, pengampunan, dan janji surga.

Signifikansi Ayat dalam Shalat

Penempatan ayat ini tepat setelah pujian ("Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin") dan penegasan penguasaan mutlak ("Ar-Rahmanir Rahim") memiliki tujuan pedagogis spiritual. Ketika seorang Muslim mengucapkan kalimat ini, ia sedang membangun jembatan koneksi dengan Sang Pencipta.

Kita mulai dengan pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan kita, Pemilik tunggal alam semesta. Kemudian, kita langsung diingatkan bahwa Tuhan yang Maha Kuasa tersebut adalah juga Tuhan yang Maha Pengasih. Pengingat ini menumbuhkan rasa harap dan rasa aman dalam hati. Ketika kita memohon pertolongan di ayat berikutnya (Ayat ke-4: Maaliki Yawmid-Diin), kita tahu bahwa Hakim tersebut adalah Hakim yang juga Maha Penyayang.

Para ulama menjelaskan bahwa pengulangan penekanan pada sifat kasih sayang ini (setelah Rabbul 'Alamin) dimaksudkan untuk menenangkan jiwa yang sedang beribadah. Sebelum menghadapi hari pembalasan (Hari Kiamat), hati diperkuat dengan keyakinan bahwa rahmat Allah senantiasa mendahului murka-Nya. Dalam banyak tafsir, disebutkan bahwa rahmat Allah meliputi segala sesuatu.

Rahmat yang Universal dan Spesifik

Memahami bahwa surat al fatihah ayat 3 berbunyi tentang dua jenis rahmat mengajarkan kita tentang keadilan dan kelembutan Ilahi. Seluruh alam semesta berjalan harmonis karena kasih sayang universal-Nya. Sementara itu, jalan menuju kebahagiaan hakiki di akhirat hanya terbuka melalui kasih sayang khusus-Nya.

Oleh karena itu, dalam setiap rakaat shalat, kita diperintahkan untuk mengulanginya. Ini bukan sekadar hafalan, melainkan sebuah proses tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) di mana kita terus-menerus menanamkan kesadaran bahwa sumber segala kebaikan dan harapan adalah sifat Maha Penyayang dari Allah SWT.

Ayat ini menjadi fondasi penting bagi seluruh kandungan Al-Fatihah. Tanpa pengakuan akan kebesaran yang diimbangi dengan kasih sayang, ibadah kita hanya akan menjadi rutinitas kosong. Dengan merenungkan 'Ar-Rahmaanir-Rahiim', seorang hamba mendekat bukan karena takut semata, tetapi karena cinta dan harapan akan ampunan.

🏠 Homepage