Pondasi utama dalam setiap rakaat shalat.
Surat Al-Fatihah, yang sering disebut sebagai "Ummul Kitab" (Induk Al-Qur'an), memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam, khususnya dalam pelaksanaan shalat wajib maupun sunnah. Pertanyaan mengenai surat al fatihah dibaca setelah apa dalam rangkaian shalat sering muncul, terutama bagi mereka yang baru mendalami tata cara ibadah. Jawabannya sangat tegas dan mutlak dalam kerangka fikih Islam: Al-Fatihah adalah bacaan yang dibaca pada setiap rakaat, dan posisinya spesifik dalam urutan shalat.
Dalam shalat, terdapat rukun-rukun (tiang penyangga) yang jika ditinggalkan, shalatnya menjadi tidak sah. Membaca Surat Al-Fatihah adalah salah satu rukun yang tidak boleh ditinggalkan, baik bagi imam, makmum (dalam mazhab yang mewajibkannya), maupun orang yang shalat sendirian.
Secara umum, urutan pembacaan dalam sebuah rakaat shalat adalah sebagai berikut:
Jadi, jawaban langsungnya adalah: Surat Al-Fatihah dibaca setelah Takbiratul Ihram dan (opsional) Doa Iftitah, dan ini dilakukan di awal setiap rakaat.
Setelah menyelesaikan pembacaan Al-Fatihah, yang merupakan inti dari shalat, seorang muslim kemudian diperintahkan untuk melanjutkan dengan membaca surat lain atau beberapa ayat dari Al-Qur'an.
Pada shalat yang dibaca dengan suara keras (jahar), seperti Subuh, Maghrib, dan Isya, setelah Al-Fatihah, imam akan melanjutkannya dengan membaca surat pendek atau sebagian dari surat yang panjang. Makmum diwajibkan untuk mendengarkan dengan seksama selama imam membaca bagian ini.
Pada shalat yang dibaca pelan (sirr), seperti Dzuhur dan Ashar, setelah Al-Fatihah, makmum dan imam juga melanjutkan dengan bacaan surat lain. Karena sifatnya yang sirr, bacaan ini dilakukan tanpa mengeraskan suara.
Pilihan surat setelah Al-Fatihah adalah bagian dari sunnah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW terkadang membaca surat yang panjang di rakaat pertama dan sedikit lebih pendek di rakaat kedua. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam hal bacaan tambahan, namun tidak untuk Al-Fatihah yang hukumnya wajib.
Mengapa Al-Fatihah begitu sentral? Karena di dalamnya terkandung pujian kepada Allah SWT, pengakuan keesaan-Nya, pernyataan penghambaan diri (ibadah), dan permohonan petunjuk jalan yang lurus. Tidak ada bacaan lain yang dapat menggantikan kedudukannya.
Para ulama sepakat bahwa meninggalkan pembacaan Al-Fatihah secara sengaja dalam setiap rakaat shalat fardhu akan membatalkan shalat tersebut. Jika ditinggalkan karena lupa, maka harus menggantinya dengan sujud sahwi di akhir shalat, menunjukkan betapa krusialnya ayat-ayat ini. Bahkan, jika seseorang tidak hafal Al-Fatihah, ia wajib belajar hingga hafal. Jika belum mampu, barulah ada keringanan lain yang harus dipenuhi sesuai tuntunan syariat.
Perlu dicatat bahwa pembacaan Al-Fatihah dilakukan saat posisi tubuh dalam keadaan berdiri (qiyam). Setelah Al-Fatihah selesai dibaca, kemudian dilanjutkan dengan bacaan surat lain (jika ada), barulah dilanjutkan ke gerakan ruku'. Tidak ada jeda waktu yang signifikan antara akhir bacaan Al-Fatihah dan dimulainya bacaan surat lain (jika ada), atau dimulainya ruku' jika tidak ada bacaan tambahan. Semuanya terintegrasi dalam satu fase berdiri dalam satu rakaat.
Kesimpulannya, ketika Anda berdiri dalam shalat, setelah mengucapkan takbir pembuka, segera buka lembaran hati Anda untuk membacakan tujuh ayat suci Surat Al-Fatihah. Setelah tuntas, barulah Anda berpindah ke surat pilihan berikutnya sebelum melanjutkan ke ruku'. Inilah urutan yang paling fundamental dan kekal dalam ibadah shalat umat Islam.