Surat Al-Fil, yang berarti "Gajah", adalah surat ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surat ini termasuk golongan surat pendek yang turun di Mekkah, menceritakan kisah luar biasa tentang upaya penghancuran Ka'bah oleh pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, raja Yaman, serta pertolongan Allah SWT yang menghancurkan mereka dengan burung-burung. Memahami setiap ayat dalam surat ini adalah kunci untuk menghayati keagungan dan kuasa Allah.
Fokus utama dalam pembahasan ini adalah menguraikan secara rinci apa yang terkandung dalam surat al fil ayat ke 3 berbunyi. Ayat ini merupakan bagian krusial dalam narasi kisah heroik tersebut.
Bunyi Ayat Ketiga Surat Al-Fil
Untuk mengetahui secara pasti surat al fil ayat ke 3 berbunyi, kita perlu merujuk pada teks aslinya dalam Al-Qur'an. Ayat ini menjelaskan tahapan awal dari rencana besar Abrahah yang gagal.
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
Alam yaj'al kaidahum fii tadliil?
Terjemahan dan Penjelasan Ayat
Ayat ketiga ini mengandung sebuah pertanyaan retoris yang menegaskan keberhasilan rencana Allah SWT dalam menggagalkan tipu daya musuh. Terjemahan ayat tersebut adalah:
"Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia (sesat)?"
Inti dari ayat ini adalah konfirmasi bahwa seluruh rencana militer yang sangat matang dan mengerikan yang disusun oleh Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah telah gagal total sebelum mencapai tujuannya. Kata "kaidahum" (tipu daya mereka) merujuk pada strategi militer yang mereka bawa, termasuk pasukan gajah yang dianggap tak terkalahkan pada masa itu. Kata "fii tadliil" (dalam kesesatan/kegagalan) menegaskan bahwa usaha mereka tidak hanya tidak berhasil, tetapi juga berakhir dengan kebingungan dan kehancuran.
Konteks Kisah dalam Surat Al-Fil
Surat Al-Fil dimulai dengan pemaparan tentang pasukan besar yang dipimpin Abrahah yang menuju Mekkah. Ayat pertama menyebutkan peristiwa besar tersebut, dan ayat kedua menjelaskan bagaimana Allah membiarkan tipu daya mereka hampir berhasil. Ketika kita sampai pada surat al fil ayat ke 3 berbunyi, narasi mencapai titik balik di mana Allah menegaskan intervensi ilahi-Nya.
Ayat ketiga ini berfungsi sebagai jembatan menuju ayat keempat dan kelima, di mana pertolongan nyata dari Allah diturunkan. Pertanyaan retoris dalam ayat ini bukan untuk meminta jawaban, melainkan untuk menegaskan kebenaran mutlak: rencana makhluk fana, sekaya atau sekuat apa pun, tidak akan pernah bisa mengalahkan rencana Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam, khususnya bagi kaum Quraisy yang pada saat itu menyaksikan keajaiban tersebut secara langsung. Mereka melihat bagaimana Tuhan rumah suci mereka melindungi tempat ibadah dari penghancuran total. Ini menguatkan keyakinan mereka bahwa Allah adalah Pelindung Ka'bah.
Pelajaran Penting dari Ayat Ketiga
Ada beberapa pelajaran mendalam yang bisa kita tarik dari pemahaman bahwa surat al fil ayat ke 3 berbunyi tentang kegagalan tipu daya musuh:
- Kekuasaan Mutlak Allah: Tidak ada kekuatan di bumi yang dapat menandingi kekuatan Allah SWT. Rencana musuh terbesar pun akan menjadi sia-sia di hadapan kehendak-Nya.
- Keamanan Baitullah: Ayat ini menegaskan status suci dan perlindungan abadi yang diberikan Allah kepada Ka'bah.
- Kehampaan Kekuatan Material: Meskipun Abrahah membawa gajah—simbol kekuatan militer terbesar saat itu—kekuatan tersebut tidak berarti apa-apa tanpa berkah dan izin dari Allah.
Oleh karena itu, setiap kali kita membaca atau merenungkan surat al fil ayat ke 3 berbunyi, kita diingatkan untuk selalu bersandar pada pertolongan Ilahi dan tidak gentar menghadapi ancaman atau tipu daya apa pun yang menghadang jalan kebenaran.
Memahami makna per kata dari ayat-ayat pendek seperti ini memperkaya pemahaman kita tentang mukjizat-mukjizat yang diceritakan dalam Al-Qur'an, meneguhkan iman kita, dan memberikan ketenangan bahwa pada akhirnya, kebenaran akan selalu menang atas kebatilan.