Kisah Pasukan Gajah dan Surat Al-Fil

Pengenalan Surat Al-Fil

Surat Al-Fil, yang berarti "Gajah", adalah surat ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surat pendek ini memiliki kisah yang sangat monumental dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa penyerangan Ka'bah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, gubernur Yaman saat itu. Kehancuran yang hendak menimpa rumah suci Allah ini digagalkan secara ajaib oleh pertolongan Ilahi.

Setiap ayat dalam surat ini membawa pelajaran mendalam mengenai kekuasaan Allah SWT yang mutlak atas segala rencana makhluk-Nya. Memahami setiap lafal, terutama pada ayat-ayat terakhir, sangat penting untuk menangkap inti pesan yang disampaikan.

Ilustrasi Pasukan Gajah Diusir Pasukan Mundur

Fokus Ayat Keempat: Lafal Penutup

Kisah mencapai puncaknya pada ayat-ayat terakhir. Ayat keempat adalah bagian krusial yang menjelaskan alat atau metode yang Allah gunakan untuk menghancurkan pasukan penyerang tersebut.

تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ Tarmīhim biḥijāratin min sijīl. (yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang dibakar)

Inilah inti dari pertanyaan kita: **Surat Al Fil ayat ke 4 diakhiri dengan lafal** "مِّن سِجِّيلٍ" (min sijīl). Lafal ini adalah kata kunci yang mendeskripsikan sifat dari batu-batu yang dilemparkan oleh burung-burung Ababil.

Penjelasan Lafal "Sijjīl"

Kata "سِجِّيل" (Sijjīl) berasal dari bahasa Parsi yang kemudian diadopsi dalam bahasa Arab. Dalam konteks tafsir klasik, terdapat beberapa interpretasi yang saling melengkapi mengenai makna kata ini:

  1. Batu yang Keras dan Terbakar: Tafsir yang paling masyhur adalah bahwa batu-batu tersebut adalah batu yang sangat keras, seperti batu yang telah dibakar dalam api neraka, atau batu yang panas membakar.
  2. Batu dari Tanah Liat yang Keras: Ada juga yang menafsirkan bahwa 'Sijjīl' adalah singkatan atau gabungan dari dua kata: 'sij' (tanah liat) dan 'jill' (keras/padat). Artinya, batu tersebut adalah lempengan tanah liat yang telah mengeras dan kering karena panas yang luar biasa.

Apapun tafsir pastinya, maknanya menekankan bahwa batu-batu tersebut bukanlah batu biasa. Ia adalah proyektil ilahi yang mampu menghancurkan struktur tubuh manusia dan gajah dengan kekuatan yang jauh melebihi kemampuan fisik biasa. Ayat ini menegaskan bahwa kekuasaan Allah menciptakan senjata pemusnah dari hal yang paling sederhana (batu kecil) namun dengan efek yang dahsyat.

Konteks Ayat Sebelum dan Sesudah

Untuk memahami lengkap mengapa ayat keempat diakhiri dengan lafal deskriptif tersebut, kita perlu melihat urutan ayatnya:

Ayat keempat berfungsi sebagai jembatan yang menjelaskan bagaimana kehancuran (Ayat 5) terjadi. Lafal "min sijīl" memberikan bobot dramatis pada deskripsi mekanisme hukuman tersebut. Ini menunjukkan presisi dan kekuatan destruktif yang dilemparkan langsung ke sasaran oleh kehendak Ilahi. Kisah ini mengajarkan umat Muslim bahwa ancaman terhadap kebenaran akan selalu dipatahkan oleh strategi tak terduga dari Sang Pencipta.

Oleh karena itu, ketika kita mempelajari Surat Al-Fil, mengingat **surat Al Fil ayat ke 4 diakhiri dengan lafal** "min sijīl" membantu kita menghayati kekuatan dahsyat di balik pertolongan Allah bagi kaum yang lemah namun bertawakal. Ayat ini adalah peringatan abadi bagi setiap penindas yang berani mengancam kesucian agama-Nya.

🏠 Homepage