Surat Al-Ikhlas, yang merupakan salah satu surat paling penting dalam Al-Qur'an karena intisari ajaran tauhid terkandung di dalamnya, terdiri dari empat ayat pendek yang padat makna. Ayat pertama menetapkan keesaan Allah (Qul Huwallahu Ahad), dan ayat kedua menjadi pilar utama dalam mendefinisikan kesempurnaan sifat Allah SWT.
Pertanyaan utama yang sering muncul adalah: surat al ikhlas ayat kedua berbunyi apa? Ayat ini berbunyi:
Pengulangan kata "Allah" dalam ayat ini menekankan bahwa segala pujian dan definisi hanya kembali kepada-Nya. Pemahaman terhadap kata "Ash-Shomad" adalah kunci untuk mengerti bagaimana seharusnya seorang Muslim memposisikan dirinya di hadapan Penciptanya.
Imam Ibnu Katsir dan para mufasir lainnya menjelaskan bahwa makna dari Ash-Shomad memiliki beberapa dimensi penting. Secara harfiah, kata ini berarti sesuatu yang kokoh, mulia, atau yang menjadi tujuan akhir. Namun, dalam konteks ketuhanan, maknanya meliputi:
Ketika kita merenungkan bahwa surat al ikhlas ayat kedua berbunyi dengan penegasan bahwa Allah adalah Ash-Shomad, ini memberikan ketenangan batin yang luar biasa. Jika kita menghadapi kesulitan, kita tahu ke mana harus bergantung. Jika kita merasa bangga dengan pencapaian, kita ingat bahwa semua itu adalah anugerah dari Yang Maha Mandiri.
Ilustrasi: Semua kebutuhan makhluk mengalir menuju satu titik sentral, yaitu Allah.
Pemahaman kita mengenai surat al ikhlas ayat kedua berbunyi 'Allāhush-Shomad' akan semakin utuh jika dikaitkan dengan ayat ketiga dan keempat. Ayat kedua ini adalah bantahan keras terhadap politeisme dan kebutuhan akan perantara.
Jika Allah adalah tempat bergantung yang tidak membutuhkan apapun (Ayat 2), maka otomatis Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan (Ayat 3). Implikasinya, tidak ada entitas lain yang setara atau dapat disembah selain Dia.
Ayat ini juga berfungsi sebagai penguatan terhadap tauhid Rububiyah (keesaan dalam penciptaan dan pengaturan) dan tauhid Uluhiyah (keesaan dalam peribadatan). Dengan menegaskan Allah sebagai Ash-Shomad, kita menyimpulkan bahwa peribadatan harus ditujukan murni kepada-Nya, karena hanya Dia yang layak menerima pengabdian tanpa syarat.
Mempelajari ayat ini bukan sekadar hafalan, melainkan pembentukan karakter. Ketika seorang Muslim benar-benar menghayati bahwa Allah adalah Ash-Shomad, ada beberapa perubahan perilaku yang diharapkan:
Oleh karena itu, ayat kedua Surat Al-Ikhlas adalah fondasi teologis yang memisahkan ajaran Islam dari semua sistem kepercayaan lain. Ayat ini menyatakan definisi ketuhanan yang absolut dan tak tertandingi, menegaskan keunikan dan kemandirian mutlak Allah SWT.