Posisi Surat Al Ikhlas dalam Al-Qur'an dan Keutamaannya

Surat Al-Ikhlas, yang memiliki arti "Memurnikan Kepercayaan," adalah salah satu surat pendek namun memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Surat ini terletak di penghujung susunan mushaf Al-Qur'an, menjadikannya mudah diakses dan sering dibaca oleh umat Muslim dalam ibadah harian mereka.

Posisi Surat Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an

Secara kronologis dalam susunan mushaf Utsmani yang kita kenal saat ini, surat Al Ikhlas terletak setelah surat Al-Falaq (Surat ke-113) dan sebelum surat An-Nas (Surat ke-114). Dengan demikian, Al-Ikhlas menduduki urutan surat ke-112 dalam Al-Qur'an.

Penempatan ini sangat strategis. Surat Al-Falaq (menjaga dari kejahatan luar) dan An-Nas (menjaga dari godaan setan) sering dikelompokkan bersama Al-Ikhlas. Ketiganya dikenal sebagai "Al-Mu'awwidzatain" (dua surat pelindung) jika digabungkan dengan surat Al-Kafirun (surat ke-109), atau "Al-Mu'awwidzat" jika hanya merujuk pada tiga surat terakhir. Urutan ini seolah-olah memberikan sebuah rangkaian perlindungan spiritual:

1. Al-Kafirun (109): Pernyataan tegas tentang pemisahan ibadah dari kekufuran.
2. Al-Ikhlas (112): Penegasan tentang keesaan dan kesempurnaan Allah (Tauhid).
3. Al-Falaq (113) & An-Nas (114): Permohonan perlindungan dari berbagai bentuk kejahatan yang mengancam tauhid dan keimanan.

Meskipun secara urutan nomor surat, Al-Ikhlas berada di nomor 112, secara tematik, ia menjadi inti dari pengakuan keimanan (tauhid) yang menjadi landasan bagi perlindungan yang diminta dalam dua surat penutup Al-Qur'an.

Isi Pokok dan Keutamaan yang Luar Biasa

Kandungan Surat Al-Ikhlas sangat padat dan merupakan definisi tauhid yang paling ringkas dan sempurna. Surat ini terdiri dari empat ayat:

Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. (1) Allah tempat bergantung segala sesuatu. (2) (Allah) tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. (3) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (4)

Keutamaan surat ini sangat besar, bahkan disebutkan setara dengan sepertiga Al-Qur'an. Hal ini didasarkan pada beberapa hadis shahih. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa membaca Al-Ikhlas tiga kali pahalanya menyamai membaca seluruh Al-Qur'an.

Mengapa demikian? Karena Al-Qur'an secara garis besar membahas tiga pokok utama: perintah dan larangan, kisah-kisah (qasas), dan sifat-sifat Allah (tauhid). Surat Al-Ikhlas secara eksklusif memuat esensi tauhid—mengenal Allah sebagaimana Allah memperkenalkan diri-Nya sendiri tanpa sedikit pun keraguan atau perumpamaan makhluk.

Konsep Tauhid dalam Empat Ayat

Setiap ayat membawa penegasan fundamental tentang sifat Allah SWT:

• Qul Huwallahu Ahad (Allah Maha Esa): Menegaskan keunikan dan keesaan Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya.
• Allahush-Shamad (Allah Tempat Bergantung): Allah Maha Tinggi dan tidak membutuhkan apapun, sementara segala sesuatu membutuhkan-Nya. Dia adalah sumber kebutuhan mutlak bagi seluruh alam semesta.
• Lam Yalid Wa Lam Yuulad (Tidak beranak dan tidak diperanakkan): Menolak segala bentuk perbandingan atau tasybih (penyerupaan) dengan makhluk. Keilahian-Nya berada di luar konsep kelahiran dan keturunan manusiawi.
• Walam Yakullahu Kufuwan Ahad (Tidak ada yang setara): Penutup yang menegaskan bahwa tidak ada apapun di alam ciptaan yang memiliki kesamaan atau tandingan sedikit pun dengan kesempurnaan Allah.

Amalan yang Terkait dengan Surat Al-Ikhlas

Karena kedudukannya yang tinggi, membaca Surat Al-Ikhlas sering dianjurkan dalam berbagai konteks ibadah:

1. Setelah Salat Wajib: Dianjurkan membacanya bersama Al-Mu'awwidzat lainnya setelah salat fardhu.
2. Sebelum Tidur: Rasulullah ﷺ biasa meniupkan bacaan Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas ke kedua telapak tangan, mengusapkannya ke tubuh sebelum tidur sebagai bentuk perlindungan diri.
3. Pengganti Sepertiga Al-Qur'an: Bagi mereka yang tidak mampu membaca keseluruhan Al-Qur'an, mengulanginya tiga kali adalah bentuk pengamalan yang sangat besar.

Kesimpulannya, posisi surat Al Ikhlas terletak setelah surat Al-Falaq (di posisi 112) dalam Al-Qur'an. Lokasinya di akhir mushaf ini menegaskan bahwa setelah mencari perlindungan dari kejahatan luar dan godaan, puncaknya adalah penegasan keimanan sejati yang memurnikan keyakinan seorang hamba kepada Sang Pencipta yang Maha Esa dan Maha Sempurna.