Surat Al-Insyirah, yang juga dikenal dengan nama Asy-Syarh (Pembentangan/Melapangkan), adalah surat ke-94 dalam Al-Qur'an. Surat ini tergolong Makkiyah dan memiliki pesona tersendiri karena sifatnya yang sangat menenangkan dan memotivasi, terutama bagi siapa pun yang sedang menghadapi kesulitan hidup. Ayat-ayatnya yang singkat namun padat, merupakan suntikan semangat langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yang tentunya relevan bagi seluruh umat-Nya.
Riwayat turunnya surat ini sering dikaitkan dengan masa-masa sulit yang dihadapi Rasulullah SAW. Ketika tantangan dakwah terasa berat dan hati mulai terasa sempit, Allah menurunkan firman-Nya untuk menghilangkan kegelisahan tersebut. Inti dari Surat Al-Insyirah adalah sebuah janji fundamental: setiap kesulitan pasti disertai kemudahan. Janji ini bukanlah sekadar harapan, melainkan kepastian ilahiah.
Ayat pembuka ini adalah pengingat yang kuat akan karunia terbesar yang telah Allah berikan kepada Nabi, yaitu dilapangkannya dada. Lapang dada berarti ketenangan hati, keluasan pemahaman, dan kesiapan menerima wahyu serta menjalankan risalah kenabian yang berat. Beban (وزْرَكَ) yang dimaksud adalah beban kenabian, dosa-dosa masa lalu (yang telah diampuni), dan kesulitan-kesulitan yang menghimpit. Allah menegaskan bahwa Dia telah mengangkat dan meringankan beban tersebut.
Pesan yang paling sering dikutip dan menjadi penyelamat bagi banyak jiwa yang tertekan ada pada ayat 5 dan 6. Inilah inti dari penegasan surat ini:
Pengulangan ayat ini (ta'kid) menunjukkan betapa pentingnya penegasan ini. Kata 'ma'a' (bersama) mengindikasikan bahwa kemudahan itu tidak datang setelah kesulitan berakhir, melainkan menyertai kesulitan itu sendiri. Ini mengubah perspektif kita; kesulitan bukanlah titik akhir, melainkan area di mana rahmat dan pertolongan Allah hadir secara simultan. Ketika ujian terasa mencekik, di situlah titik awal kelegaan itu sudah mulai terasa, walau belum terlihat jelas.
Bagi seorang Muslim, ini berarti kita harus aktif mencari celah kemudahan dalam setiap kesulitan. Ini mendorong mentalitas proaktif dalam menghadapi musibah, bukan pasif menunggu masalah berlalu.
Setelah mengingatkan tentang pertolongan dan janji kemudahan, surat ini ditutup dengan perintah untuk mengarahkan seluruh energi kepada Allah:
Setelah urusan dunia atau kesulitan selesai ditangani (فَرَغْتَ), tugas seorang mukmin adalah segera beralih dan mengerahkan tenaga (فَانْصَبْ) untuk beribadah dan ketaatan. Energi yang tersisa dari penyelesaian kesulitan harus diarahkan untuk berjuang lebih keras dalam ketaatan kepada Allah (فَارْغَبْ). Ini mengajarkan kita bahwa setiap selesai satu pekerjaan, harus segera disambung dengan pekerjaan ketaatan lainnya, tanpa pernah berhenti berharap dan memusatkan segala keinginan hanya kepada Allah SWT.
Secara ringkas, surat Al-Insyirah adalah formula ilahiah untuk ketahanan mental dan spiritual. Ia mengajarkan bahwa beban hidup, meskipun terasa berat, selalu ditemani oleh solusi dan rahmat Ilahi. Kuncinya adalah meyakini janji tersebut, dan setelah pertolongan itu dirasakan, kita wajib meningkatkan pengabdian total kita kepada Sang Pencipta.