Keutamaan dan Teks Sepuluh Ayat Terakhir Surat Al-Kahfi

Ilustrasi cahaya dan buku terbuka QS. Al-Kahfi

Surat Al-Kahfi (Gua) adalah salah satu surat penting dalam Al-Qur'an yang memiliki banyak keutamaan, terutama jika dibaca pada hari Jumat. Namun, bagian akhir dari surat ini, yaitu sepuluh ayat terakhir, seringkali ditekankan secara khusus karena mengandung janji perlindungan dari fitnah terbesar sepanjang masa: Dajjal.

Membaca dan merenungkan ayat-ayat ini bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan merupakan benteng spiritual. Ayat-ayat ini berbicara tentang keagungan Allah, ketidakkekalan dunia, dan penegasan bahwa amal saleh yang dibarengi keikhlasan adalah bekal sejati menuju surga-Nya.

Sepuluh Ayat Terakhir Surat Al-Kahfi (Ayat 90-100)

Berikut adalah lafal Arab beserta terjemahan dari sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi:

﴿وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَىٰ ۖ وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا﴾ 90
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka baginya adalah balasan yang terbaik (surga), dan Kami akan menyampaikan kepada mereka sebagian dari urusan kami dengan mudah.
﴿ثُمَّ أَدْبَرَ سَاعِيًا﴾ 91
Kemudian dia berangkat dengan cepat.
﴿حَتَّىٰ إِذَا أَتَىٰ مَشْرِقَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَىٰ قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا﴾ 92
Hingga apabila dia telah sampai di tempat terbit matahari (di ufuk timur), dia mendapati matahari itu menyinari segolongan kaum yang tidak Kami buatkan bagi mereka pelindung dari cahaya matahari itu.
﴿كَذَٰلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا﴾ 93
Demikianlah. Dan sungguh, Kami telah meliputi segala sesuatu yang ada padanya dengan pengetahuan.
﴿ثُمَّ أَدْبَرَ سَاعِيًا﴾ 94
Kemudian dia berangkat lagi.
﴿حَتَّىٰ إِذَا أَتَىٰ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا﴾ 95
Hingga apabila dia sampai di antara dua gunung (dinding batu), dia mendapati di belakang keduanya suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
﴿قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا﴾ 96
Mereka berkata, "Wahai Zulkarnain, sesungguhnya kaum Ya’juj dan Ma’juj itu adalah kaum yang membuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami memberikan kepadamu imbalan (pajak) agar kamu membuatkan penghalang antara kami dan mereka?"
﴿قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا﴾ 97
Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah diberikan Tuhanku kepadaku (kekuasaan dan harta) lebih baik (daripada upah kalian), maka bantulah aku dengan kekuatan (tenaga dan alat), agar aku membuatkan tembok penghalang antara kalian dan mereka."
﴿آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا﴾ 98
"Berikanlah kepadaku bongkahan-bongkahan besi," hingga ketika (ia telah) mengisi celah antara kedua gunung itu, ia berkata, "Tiup (dengan alat peniup)." Hingga ketika ia (besi yang ditumpuk) telah menjadi merah seperti api, ia berkata, "Berikanlah aku tembaga (yang dilebur) agar kutuangkan ke atasnya."
﴿فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا﴾ 99
Maka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak dapat mendaki dinding itu dan juga tidak dapat melubanginya.
﴿قَالَ هَٰذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي ۖ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا﴾ 100
(Zulkarnain) berkata, "Ini adalah rahmat dari Tuhanku, namun apabila janji Tuhanku (untuk membongkarnya) telah tiba, maka Dia akan menjadikannya rata dengan tanah. Dan janji Tuhanku itu adalah benar."

Makna Perlindungan dari Fitnah Dajjal

Ayat 97 hingga 100 menjelaskan kisah Zulkarnain yang membangun penghalang untuk menahan Ya’juj dan Ma’juj, makhluk perusak yang akan keluar menjelang kiamat. Meskipun kisah ini berfokus pada penghalang fisik, para ulama seringkali menghubungkannya dengan perlindungan spiritual dari fitnah Dajjal, yang merupakan ujian terbesar bagi umat manusia.

Inti dari sepuluh ayat terakhir ini adalah penegasan bahwa pertolongan dan kekuatan sejati datang dari Allah, bukan dari kekuatan duniawi semata. Zulkarnain menolak upah duniawi (Ayat 97) karena ia menyadari bahwa kekuasaan yang dimilikinya adalah titipan (Rahmat) dari Allah. Hal ini menjadi pelajaran penting: ketika kita beriman dan beramal saleh (Ayat 90), Allah akan memudahkan urusan kita dan memberikan perlindungan yang kokoh, layaknya tembok besi yang dibangun Zulkarnain.

Bagi seorang Muslim, membaca ayat-ayat ini secara rutin, terutama di malam atau hari Jumat, dipercaya akan memberikan pijakan iman yang kuat. Ketika fitnah dunia—baik dalam bentuk kesenangan materi, godaan hawa nafsu, maupun keraguan ideologi—menghadang, pegangan teguh pada kebenaran yang Allah turunkan adalah satu-satunya jalan keluar. Janji Allah dalam ayat-ayat penutup ini menegaskan bahwa kehancuran duniawi hanyalah sementara, namun janji kebenaran dan janji balasan bagi orang beriman adalah hak yang pasti terwujud.

Dengan demikian, sepuluh ayat terakhir Al-Kahfi berfungsi sebagai pengingat konstan akan dua hal krusial: pertama, pentingnya amal saleh sebagai bekal kekal, dan kedua, kepastian bahwa kekuasaan dan perlindungan tertinggi hanya bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, yang kekuasaan-Nya melampaui batas pemahaman manusia fana.

🏠 Homepage