Surat Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, dikenal sebagai surat perlindungan dan peringatan. Bagian akhir dari surat ini, khususnya ayat 90 hingga 110, membawa pesan mendalam mengenai pilihan jalan hidup, ganjaran bagi orang yang beriman dan beramal saleh, serta kesombongan orang yang menolak kebenaran.
Ayat-ayat ini sering dibaca untuk memperkuat keyakinan, terutama ketika menghadapi ujian dunia yang dapat menyesatkan, seperti kekayaan dan kekuasaan. Fokus utama pada rentang ayat ini adalah kontras antara dua jenis manusia: mereka yang beramal saleh dan mereka yang tertipu oleh ilusi duniawi.
Visualisasi sederhana tentang pilihan jalan hidup.
Ayat-ayat awal rentang ini (90-94) berbicara mengenai respon negatif dari sebagian orang terhadap seruan tauhid. Mereka yang sombong dan angkuh menolak kebenaran yang dibawa oleh nabi-nabi atau para penyeru kebaikan. Mereka menutup diri dan bahkan berani menuduh orang yang mengajak kepada kebaikan sebagai pembuat fitnah.
Allah SWT memberikan gambaran tentang kondisi hati mereka yang tertutup. Hati mereka seolah-olah dikunci, sehingga cahaya kebenaran tidak dapat masuk. Puncak dari penolakan ini adalah ketika mereka dihadapkan pada hari pembalasan. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang telah menutup diri dari petunjuk-Nya tidak akan mendapatkan balasan terbaik di akhirat.
حَتَّىٰ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفَرِّغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
(Hingga apabila ia telah menyamai ketinggian antara kedua gunung itu, ia berkata): "Pompalah (api itu)!" Tatkala api itu membara, ia berkata: "Tuangkanlah tembaga cair (ke atasnya)."
Ini adalah gambaran tentang kegagalan orang yang menimbun harta tanpa mensyukurinya, dan bagaimana kesombongan mereka akan berbalik menjadi kehinaan di hadapan Allah.
Setelah memberikan peringatan keras kepada mereka yang sombong, Allah SWT mengarahkan fokus kepada janji bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Ayat 102 hingga 106 adalah pujian bagi orang-orang yang menjadikan amal perbuatan mereka sebagai penentu utama, bukan sekadar klaim lisan.
Orang-orang beriman digambarkan sebagai mereka yang melakukan amal kebaikan dengan penuh kesungguhan, namun tetap merasa bahwa seluruh usaha mereka adalah karunia dan rahmat dari Allah. Mereka tidak pernah menyandarkan kesuksesan atau keselamatan diri mereka semata-mata pada amal mereka sendiri, melainkan selalu mengharapkan ampunan dan kemurahan Tuhan.
Inti dari janji surga adalah bagi mereka yang meyakini keesaan Allah dan konsisten dalam perbuatan baik. Surga Firdaus disiapkan sebagai tempat tinggal abadi. Hal ini menekankan bahwa status spiritual seseorang tidak diukur dari harta dunia atau keturunan, melainkan dari ketaqwaan dan amal yang diiringi keikhlasan.
Ayat-ayat penutup ini menjadi penutup yang kuat, menegaskan bahwa duniawi hanyalah permainan dan kesenangan yang menipu. Tujuan akhir seharusnya adalah keridhaan Ilahi dan kehidupan akhirat yang kekal.
Rentang ayat 90 hingga 110 surat Al-Kahfi berfungsi sebagai pengingat abadi tentang dualitas kehidupan: godaan yang menyesatkan dan jalan lurus menuju keridhaan Tuhan. Dalam setiap babak kehidupan, terutama ketika kita diuji dengan kesuksesan materi (seperti kisah pemilik kebun yang dibahas sebelumnya dalam surat ini), penting untuk senantiasa mengingat bahwa semua kenikmatan adalah titipan.
Memahami makna mendalam dari ayat-ayat ini membantu seorang Muslim untuk tetap teguh di tengah arus modernisasi yang seringkali menjanjikan kepuasan instan namun menjauhkan dari tujuan hakiki. Keistiqamahan dalam beramal saleh, disertai rasa takut dan harap kepada Allah, adalah bekal terpenting untuk menghadapi hari di mana setiap perbuatan akan diperhitungkan.