Surat Al-Kahfi (Gua) adalah surat ke-18 dalam Al-Qur'an yang memiliki keutamaan besar, terutama bagi mereka yang membacanya setiap hari Jumat. Surat ini mengandung empat kisah penting yang berfungsi sebagai pelajaran dan perlindungan dari fitnah dunia, khususnya fitnah Dajjal. Membaca surat ini dengan pemahaman tajwid yang benar akan memaksimalkan pahala dan manfaat yang diperoleh. Berikut adalah kutipan awal surat beserta penekanan pada aturan tajwidnya.
Alif, Lam, Mim (Ayat 1-2)
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ (1)
الْحَمْدُ: Gunnah ringan pada Nun tasydid jika washol
عَلَىٰ: Madd Thobi'i (2 harakat)
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, dan Dia tidak menjadikan di dalamnya kebengkokan sedikit pun.
قَيِّمًۭا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًۭا (2)
قَيِّمًۭا: Tanwin bertemu Lam (Idgham bila Ghunnah)
لِّيُنذِرَ: Idgham dengan Nun (Syaddah pada Nun)
مِّن لَّدُنْهُ: Idgham Mim (Syaddah pada Mim)
أَنَّ: Ghunnah (tahan 2 harakat)
(Kitab itu) sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang pedih dari sisi-Nya dan memberi khabar gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang baik.
Kisah Ashabul Kahfi (Ayat 9-10)
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَٰبَ ٱلْكَهْفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُوا۟ مِنْ ءَايَٰتِنَا عَجَبًا (9)
أَمْ حَسِبْتَ: Izhar Syafawi (Mim sukun bertemu Ha')
أَنَّ: Ghunnah (tahan 2 harakat)
عَجَبًا: Tanwin Fathah bertemu alif (Madd Fathah/Tanwin)
Apakah kamu mengira bahwa mereka, penghuni gua dan Ar-Raqim, adalah suatu pertanda dari tanda-tanda kebesaran Kami yang mengherankan?
إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةًۭ وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًۭا (10)
إِذْ أَوَى: Qalqalah Sugra pada Dzal (suara pantulan ringan)
رَحْمَةًۭ: Tanwin bertemu Waw (Idgham Ma’al Ghunnah)
رَشَدًۭا: Tanwin bertemu Ba' (Iqlab, nun dibaca mim)
(Ingatlah) ketika para pemuda itu mencari perlindungan ke dalam gua, lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan persiapkanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami."
Pentingnya Membaca Al-Kahfi
Surat Al-Kahfi mengandung empat pokok bahasan utama yang sangat relevan bagi umat Islam di akhir zaman. Keempat kisah ini adalah perlindungan terhadap empat fitnah besar:
- Fitnah Agama (Kisah Ashabul Kahfi): Kisah pemuda yang teguh memegang akidah tauhid meskipun harus menghadapi ancaman penguasa zalim. Ini mengajarkan keteguhan iman.
- Fitnah Kekayaan (Kisah Pemilik Dua Kebun): Kisah seseorang yang sombong karena kekayaan materinya. Ini mengingatkan bahwa harta adalah titipan dan bisa hilang seketika. Tajwid pada ayat tentang harta seringkali menekankan hukum Ikhfa' (samar) dan Idgham untuk menjaga kelancaran bacaan saat menghadapi huruf-huruf tertentu.
- Fitnah Ilmu (Kisah Nabi Musa dan Khidir): Meskipun Nabi Musa memiliki ilmu yang luas, ia tetap harus berguru kepada Khidir. Ini mengajarkan kerendahan hati dan bahwa ilmu Allah sangatlah luas.
- Fitnah Kekuasaan (Kisah Dzulkarnain): Kisah raja besar yang kuat namun tetap menggunakan kekuatannya untuk kebaikan dan menaati perintah Allah.
Memahami kaidah tajwid saat membaca ayat-ayat di atas memastikan kita tidak mengubah makna. Misalnya, hukum Ghunnah (dengung) pada huruf Nun dan Mim yang bertasydid, seperti pada kata "أَنَّ" (anna) harus dibaca dengan dengung sempurna selama dua harakat. Kesalahan dalam panjang pendek (Madd) atau penekanan (Idgham/Ikhfa) dapat mengubah arti kalimat secara drastis.
Dengan membaca Surat Al-Kahfi secara rutin, terutama pada hari Jumat, umat Islam berharap mendapatkan cahaya (nur) yang akan menyinari antara dua Jumat, serta perlindungan dari fitnah terbesar, yaitu Dajjal. Keindahan irama bacaan yang didukung oleh penguasaan tajwid akan semakin menenangkan jiwa dan mempererat hubungan spiritual dengan Al-Qur'an.