Ilustrasi: Konsekuensi perbuatan buruk.
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Shalya narān dhāta lahab.
Ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (bernyala-nyala).
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1)
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2)
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3)
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4)
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ (5)
Surat Al-Lahab, yang juga dikenal sebagai Surat Al-Masad, adalah surat pendek dalam Al-Qur'an yang secara spesifik diturunkan untuk mengancam pamannya Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab, beserta istrinya. Ayat ketiga dari surat ini adalah inti dari ancaman balasan yang akan mereka terima atas penolakan dan permusuhan mereka terhadap dakwah Islam.
Ayat ketiga, "Shalya narān dhāta lahab", memiliki makna yang sangat tegas dan mengerikan. Kata "Shalya" berarti akan memasuki atau terbakar. Kata "Narān" merujuk pada api neraka, dan yang paling menonjol adalah deskripsi api tersebut dengan kata "dhāta lahab," yang secara harfiah berarti "memiliki nyala api" atau "berapi-api dan bergejolak."
Ini bukan sekadar api biasa, melainkan penggambaran intensitas azab yang akan diterima oleh Abu Lahab. Api tersebut tidak statis; ia hidup, bergejolak, dan sangat panas, melambangkan pembalasan setimpal atas kebencian yang ia tanamkan selama hidupnya. Bagi para ahli tafsir, ayat ini menegaskan bahwa semua usaha dan kekayaan yang ia kumpulkan (seperti yang disebutkan di ayat 2) sama sekali tidak berguna untuk menghalau siksa api ini. Kekayaan duniawi yang ia banggakan telah berubah menjadi sia-sia di hadapan kekuatan murka Allah SWT.
Meskipun ditujukan kepada individu spesifik, pelajaran dari Surat Al-Lahab bersifat universal. Ayat 3 ini mengajarkan bahwa setiap perbuatan permusuhan terhadap kebenaran, penolakan terhadap ajaran tauhid, dan upaya untuk memadamkan cahaya dakwah akan berujung pada kerugian abadi. Konsekuensi dari tindakan kufur adalah api neraka yang gejolaknya tak terperikan.
Penegasan tentang "api yang bergejolak" ini berfungsi sebagai peringatan keras bagi kaum Quraisy pada masa itu yang menentang Nabi Muhammad SAW, dan juga menjadi pengingat bagi umat Muslim sepanjang masa untuk senantiasa menjaga lisan dan perbuatan mereka agar tidak terjerumus dalam sikap membenci dan meremehkan risalah Allah. Ketegasan ancaman ini menunjukkan betapa seriusnya posisi menentang Allah dan rasul-Nya.
Ayat 3 ini terhubung erat dengan ayat 1 dan 2, yang menjelaskan kehancuran total harta dan usaha Abu Lahab. Setelah kekayaan duniawinya hancur (Ayat 2), maka balasan akhiratnya adalah siksaan fisik yang ekstrem (Ayat 3). Kemudian, ayat 4 dan 5 melanjutkan ancaman tersebut kepada istrinya, yang juga turut serta memusuhi Nabi dengan membawa duri dan kotoran (simbol fitnah) dan akan memanggulnya di lehernya dengan tali sabut (masad). Rangkaian ayat ini menunjukkan bahwa permusuhan kolektif terhadap kebenaran akan mendapatkan balasan yang setimpal, baik secara materi di dunia maupun azab pedih di akhirat.